Masuk Ilegal, Pulang Paksa: AS Deportasi 1.000 Warga India
Amerika Serikat: Trump getol usir imigran ilegal, India terima kembali ribuan warganya yang masuk AS aecara tidak sah
Pemerintah India mengungkapkan bahwa lebih dari 1.000 warga negara India telah dideportasi atau dipulangkan dari Amerika Serikat sejak Januari 2025, di tengah kampanye besar-besaran pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menindak imigran ilegal.
"Sekitar 62% dari mereka kembali menggunakan penerbangan komersial," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal, dalam jumpa pers mingguan di New Delhi, tanpa merinci lebih lanjut mengenai gelombang deportasi tersebut.
Langkah ini disebut sebagai bagian dari kebijakan keras Trump terhadap imigrasi gelap. Presiden AS itu sebelumnya menyatakan bahwa India “akan melakukan hal yang benar” terkait pemulangan warganya yang masuk ke AS tanpa dokumen resmi.
Pada Februari lalu, lebih dari seratus warga India bahkan dideportasi menggunakan pesawat militer AS, dan beberapa laporan menyebutkan bahwa mereka diborgol selama penerbangan, menimbulkan kritik keras dari sejumlah kelompok hak asasi manusia.
"Kami memiliki kerja sama erat dengan Amerika Serikat dalam isu migrasi," jelas Jaiswal, seraya menambahkan bahwa India hanya menerima kembali warganya setelah proses verifikasi kewarganegaraan dilakukan.
Data dari pihak AS menunjukkan bahwa terdapat sekitar 18.000 warga India yang diduga masuk secara ilegal ke Amerika Serikat, yang menjadi fokus operasi deportasi saat ini.
Sinyal keras juga datang dari Kedutaan Besar AS di India, yang belum lama ini memperingatkan bahwa masa tinggal yang melebihi izin visa bisa berujung deportasi atau larangan permanen masuk kembali ke Amerika, bahkan bagi mereka yang awalnya masuk secara legal.
Kebijakan visa untuk pelajar juga ikut diperketat. AS menghentikan sementara jadwal wawancara visa baru bagi mahasiswa asing sambil memperluas pemantauan terhadap aktivitas media sosial mereka.
Meski begitu, India berharap permohonan visa pelajar tetap dinilai berdasarkan prestasi akademik dan dapat diproses tepat waktu. Terlebih, pada periode 2023–2024, sebanyak 330.000 mahasiswa India tercatat belajar di Amerika, menjadikan India sebagai sumber pelajar asing terbesar di Negeri Paman Sam.
Menariknya, AS juga mengumumkan langkah lanjutan dengan mencabut secara agresif visa milik mahasiswa China, terutama yang terkait dengan Partai Komunis Tiongkok atau bidang studi yang dianggap sensitif.
Deportasi massal warga India ini menjadi cerminan kerasnya arah kebijakan imigrasi AS, sekaligus menguji diplomasi India dalam menangani arus balik warganya. Situasi ini pun menambah tekanan bagi calon pelajar dan migran India yang bercita-cita meniti masa depan di Negeri Paman Sam.(*)