Ketidakpastian dan Konflik Membuat Harga Emas Makin Berkilau
Jakarta: Emas masih akan menjadi aset yang banyak diburu di tengah gejolak perekonomian global dan risiko geopolitik. Sehingga harga emas diperkirakan masih akan tinggi meskipun berfluktuatif karena perubahan sentimen pasar.
“Kami memperkirakan harga emas akan menguat dalam jangka pendek di kisaran USD3.500 per troy ounce. Paling tidak dalam 1-3 ke depan harga emas masih akan tinggi karena ketidakpastian global yang juga tinggi,” kata Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Farras Farhan dalam Media Day di Jakarta, Kamis (12/6/2025)
Untuk itu, Mirae Asset berpandangan saham-saham emiten terkait emas bisa menjadi pilihan untuk perdagangan jangka pendek. Menurut Farras, rerata harga emas tahunan diperkirakan mencapai USD3.100 per troy ounce.
“Kenaikan harga emas sudah terjadi sejak awal tahun dengan rerata harganya di bawah USD3.000 per troy punce. Sehingga harga emas diprediksi akan terus menguat tahun ini,” ucap Farras.
Menurutnya, ada dua momentum yang dapat mendorong kenaikan harga emas. Yaitu momentum 90 hari masa penundaan tarif dagang AS di bulan Juli dan perayaan Diwali di India pada bulan Oktober.
Setelah momentum itu, Farras memprediksi harga emas akan melemah pada akhir tahun. Penyebabnya, tambahan suplai produksi emas dari Australia dan penurunan permintaan emas dunia.
Sementara itu, dalam penutupan perdagangan Rabu kemarin, harga emas menyentuh level USD3.340 per troy ounce. Lonjakan harganya lebih dari 27 persen dibandingkan posisi di akhir tahun 2024 sebesar USD2.620 per troy ounce.
Malam ini, harga emas dunia sudah menyentuh USD3.374 per troy ounce dan kemungkinan besar bisa mencapai perkiraan harga USD3.400.
Analis Pasar Uang Ibrahim Assuaibi bahkan memprediksi harga emas secara teknikal bisa ke level USD3.410 per troy ounce. “Jika level itu tembus, ada peluang besar harga emas akan kembali naik ke level USD3.450, yang merupakan level kunci,” ucapnya.
Menurut Ibrahim, penyebab melambungnya harga emas karena potensi makin meluasnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Israel mulai ikut campur mengancam Iran dalam perundingan AS-Iran terkait penyaan uranium Iran.
Iran mengancam balik akan menyerang pangkalan-pangkalan militer AS, yang membuat AS menarik sebagian kekuatannya di Timur Tengah. Sementara di Eropa, konflik Rusia dan Ukraina makin memanas dan meluas dengan ancaman Rusia terhadap Jerman.
Fakto lainnya yang memicu kenaikan harga emas dan prospek kesepakatan tarif AS dan Tiongkok. Serta ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat.(*)