Jakarta: Peristiwa G30S/PKI selalu jadi topik yang bikin banyak orang penasaran, terutama bagaimana kondisi Indonesia usai menghadapi gejolak politik. Usai peristiwa tersebut, pemerintah tidak tinggal diam, banyak langkah yang diambil untuk menumpas pengaruh PKI. (30/9/25).
Dibalik upaya tersebut, ada satu operasi yang sering disebut dalam sejarah Indonesia. Operasi ini disebut juga sebagai Operasi Trisula, sebuah operasi yang memberantas sisa-sisa gerakan PKI.
Lantas apa yang dimaksud dengan Operasi Trisula? Melansir dari buku 40 tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia: Masa pembangunan dan pemantapan ABRI (1965-1985), berikut penjelasannya.
Operasi Trisula adalah operasi militer yang dilancarkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1968. Tujuannya untuk memberantas sisa-sisa gerakan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang bersembunyi di wilayah Blitar Selatan, Jawa Timur.
Pasca peristiwa G30S/PKI, masih ada sejumlah pengikut PKI yang bergerilya di daerah pedesaan, terutama di kawasan pegunungan Blitar. Daerah tersebut dikenal juga sebagai basis pertahanan terakhir mereka.
Operasi Trisula dipimpin oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia) untuk menumpas gerilyawan yang mencoba melawan pemerintah. Operasi ini melibatkan pasukan militer yang dikirim untuk menyisir hutan-hutan dan pegunungan, mencari sisa-sisa gerakan PKI yang masih aktif.
Operasi Trisula dimulai pada Juni 1968 dan berlangsung selama beberapa bulan di wilayah Blitar Selatan, Jawa Timur. Dalam operasi pertamanya, ada sekitar 4.000 orang yang berhasil ditangkap.
Ditemukan juga 8 orang anggota Gerilya Desa serta 2 orang Detasemen Gerilya PKI Gaya Baru di Blitar Selatan Beberapa hari setelah bergerak ke wilayah Selatan, TNI juga berhasil membongkar wilayah yang dikuasai PKI.
Oloan Hutapea berhasil dibunuh di kawasan Gunung Asem Panggungrejo. Selain itu, Soerachman juga berhasil terbunuh di wilayah hutan Desa Maron.
Akhir dari Operasi Trisula terjadi setelah 2 bulan operasi militer yang berhasil menumpas hampir seluruh gerilyawan PKI di Blitar Selatan. Pada akhir tahun 1968, TNI berhasil melumpuhkan sebagian besar jaringan bawah tanah PKI.
Pada 9 Agustus 1968, Mayjen M. Yasin menyampaikan bahwa ada 850 orang yang berhasil ditangkap. Lalu, ada juga perampasan 37 pucuk dan 4 buah granat.(*)

