GHF yang sempat mengelola empat lokasi distribusi makanan utama yang menjadi titik-titik kekerasan mematikan, menyatakan misinya telah selesai.
Dalam sebuah pernyataan, GHF menyebutkan, mereka "telah berhasil menyelesaikan misi daruratnya.
" Penutupan ini dilakukan setelah gencatan senjata yang dimediasi AS di Gaza mulai berlaku bulan lalu, di mana semua lokasi distribusi GHF berada di bawah kendali Israel dan tidak dapat diakses oleh warga Palestina.
Polemik di Tengah Krisis Kemanusiaan
GHF diluncurkan pada Maret, di tengah ancaman kelaparan yang melanda Gaza setelah Israel menerapkan blokade total atas seluruh pasokan. Perusahaan ini dipandang oleh otoritas Israel dan AS sebagai alternatif selain Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kedua negara tersebut menuduh PBB tidak efisien dalam distribusi bantuan dan mengkritik maraknya penjarahan di wilayah tersebut, sementara Israel juga menuding Hamas secara sistematis mengalihkan bantuan.
Namun, GHF sendiri menghadapi penolakan. Organisasi-organisasi bantuan internasional menolak bekerja sama dengan GHF karena sifatnya yang tertutup.
Bahkan, panel ahli yang ditunjuk PBB pada Agustus lalu sempat menuding, bantuan yang disalurkan di bawah GHF "dimanfaatkan untuk agenda militer dan geopolitik terselubung."
"Di titik krusial, kami bangga telah menjadi satu-satunya operasi bantuan yang secara andal dan aman menyediakan makanan gratis langsung kepada rakyat Palestina di Gaza, dalam skala besar dan tanpa pengalihan," ujar John Acree, mantan pejabat senior di United States Agency for International Development (USAID), dikutip The Guardian.
Acree menambahkan, "Kami membangun model baru yang berhasil, menyelamatkan nyawa, dan memulihkan martabat warga sipil di Gaza.”
Titik Kekerasan dan Korban Sipil
Selama operasinya antara Mei hingga Oktober 2025 , empat lokasi distribusi GHF menjadi pusat kekacauan dan kekerasan mematikan. Menurut laporan dari saksi mata, catatan medis, dan rekaman video, lebih dari 1.000 warga Palestina yang mencari bantuan di lokasi-lokasi GHF tewas atau terluka oleh pasukan militer Israel yang menjaga akses ke area distribusi tersebut di Gaza tengah dan selatan.
Data dari klinik Palang Merah di Rafah mencatat, antara 25 Mei hingga 19 Juni, ada 1.874 "pasien luka akibat senjata," dengan mayoritas melaporkan mereka terluka saat mencoba mengakses bantuan dari lokasi GHF.
Militer Israel membantah tuduhan tersebut dan menyatakan hanya melepaskan tembakan peringatan sebagai tindakan pengendalian massa atau jika pasukan mereka dalam bahaya. Sementara GHF, meskipun membantah adanya kekerasan di dalam lokasi distribusi itu sendiri, mengakui potensi bahaya yang dihadapi warga saat menuju lokasi.
Alih Tugas dan Tanggapan Resmi
GHF mengklaim telah mengirimkan lebih dari 187 juta porsi makanan langsung kepada warga sipil di Gaza, menyebutnya sebagai "operasi kemanusiaan yang memastikan bantuan makanan mencapai keluarga Palestina dengan aman dan tanpa pengalihan kepada Hamas atau entitas lain."
John Acree menyebutkan, GHF akan mengalihkan pekerjaannya kepada Civil-Military Coordination Center (CMCC), pusat baru yang didirikan AS di Israel untuk mengawasi gencatan senjata dan pengiriman bantuan di Gaza.
"GHF telah melakukan pembicaraan dengan CMCC dan organisasi internasional selama berminggu-minggu tentang langkah ke depan dan jelas bahwa mereka akan mengadopsi dan memperluas model yang telah dipelopori GHF," jelas Acree.
Departemen Luar Negeri AS mengucapkan terima kasih kepada GHF. Tommy Pigott, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, menulis di platform X:
“Model GHF, di mana Hamas tidak dapat lagi menjarah dan mengambil keuntungan dari pencurian bantuan, memainkan peran besar dalam membawa Hamas ke meja perundingan dan mencapai gencatan senjata. Kami berterima kasih atas semua yang mereka berikan kepada warga Gaza.”
Namun, respons keras datang dari Hamas. Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, melalui saluran Telegramnya, menyerukan GHF harus dimintai pertanggungjawaban atas kerugian yang ditimbulkannya.
“Kami menyerukan semua organisasi hak asasi manusia internasional untuk memastikan bahwa GHF tidak lolos dari pertanggungjawaban setelah menyebabkan kematian dan cedera ribuan warga Gaza dan menutupi kebijakan kelaparan yang dipraktikkan oleh pemerintah [Israel],” tulis Qassem.(*)

