Bantuan Gaza 'Masih Terlalu Lambat', Israel Batasi Pasokan Meski Gencatan Senjata
Karawang ; PBB sebut kebutuhan mendesak belum terpenuhi,hambatan belum dicabut cepat sejak gencatan senjata (8/11/25).
![]() |
| Suasana di jalan yang dikelilingi oleh puing-puing bangunan yang hancur di Jabalia, di Jalur Gaza utara [Foto : AFP] |
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa meskipun ada beberapa kemajuan dalam pengiriman makanan ke Jalur Gaza yang terkepung, wilayah tersebut yang luluh lantak oleh pengeboman Israel dan dilanda kelaparan masih sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.
PBB memperingatkan bahwa kecepatan pengiriman bantuan masih terlalu lambat.
Sejak gencatan senjata 10 Oktober, PBB dan mitra-mitranya telah berhasil memasukkan 37.000 metrik ton bantuan, sebagian besar berupa makanan, ke Gaza.
Namun, jumlah ini dinilai masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mendesak jutaan warga Palestina.
"Meskipun ada kemajuan signifikan dalam peningkatan skala kemanusiaan, kebutuhan mendesak masyarakat masih sangat besar, dengan hambatan yang tidak dicabut cukup cepat sejak gencatan senjata," kata Juru Bicara PBB, Farhan Haq, kepada wartawan pada hari Jumat (7/11) mengutip laporan dari layanan kemanusiaan PBB, OCHA.
Pembatasan Akses dan Tudingan Kejahatan Perang
Haq mengkritik keras pembatasan masuknya pasokan kemanusiaan ke Gaza, yang hanya diizinkan melalui dua penyeberangan: al-Karara (Kissufim) dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom).
Ia menyoroti tidak adanya akses langsung ke Gaza utara dari Israel atau ke Gaza selatan dari Mesir, sementara staf organisasi non-pemerintah (LSM) dilaporkan ditolak aksesnya.
Sebelumnya, PBB melaporkan telah mendistribusikan paket makanan kepada satu juta orang di Gaza sejak gencatan senjata, namun menekankan bahwa upaya ini adalah perlombaan untuk menyelamatkan nyawa.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) mendesak agar semua titik penyeberangan ke Jalur Gaza dibuka untuk membanjiri wilayah yang dilanda kelaparan tersebut dengan bantuan.
Chris Gunness, mantan juru bicara UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina), memberikan kritik tajam, menyatakan bahwa:
“Israel telah memperjelas bahwa mereka ingin melakukan genosida terhadap warga Palestina, mereka ingin membersihkan etnis mereka, dan mereka ingin membuat mereka kelaparan.”
Berbicara kepada Al Jazeera, Gunness menekankan bahwa Israel melakukan kejahatan perang dengan memblokir bantuan ke Gaza dan puluhan ribu warga Palestina terutama anak-anak masih berisiko kekurangan gizi.
Ia memperingatkan bahwa jika Israel tidak memenuhi kewajibannya "untuk membanjiri Jalur Gaza dengan bantuan kemanusiaan," maka negara-negara pihak ketiga harus bertindak.
Korban dan Ketegangan Pasca-Gencatan Senjata
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 10 Oktober, disepakati berdasarkan rencana 20 poin yang ditengahi Amerika Serikat.
Namun, sejak saat itu, Israel berulang kali melancarkan serangan, menewaskan puluhan orang, dan pasukannya tetap berada di lebih dari 50 persen wilayah tersebut.
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa lebih dari 220 warga Palestina telah tewas sejak gencatan senjata mulai berlaku.
Laporan dari Al Jazeera juga menyebutkan Israel terus melakukan gelombang pembongkaran di sebagian wilayah Gaza di bawah kendali mereka, termasuk bangunan tempat tinggal di timur Khan Younis, Gaza Selatan.
Sementara itu, Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengonfirmasi Israel telah menerima jenazah salah satu dari enam sandera terakhir yang ditahan oleh Hamas di Gaza dari Palang Merah.
Militer Israel mengonfirmasi bahwa peti mati berisi jenazah sandera yang meninggal tersebut telah "melewati perbatasan ke Negara Israel" dan dikirim ke fasilitas forensik di Tel Aviv untuk identifikasi.
Sejak awal gencatan senjata, sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, telah membebaskan 20 sandera yang selamat. Sebagai imbalan, Israel membebaskan ratusan tahanan politik Palestina, termasuk jenazah warga Palestina yang tewas dari Gaza, banyak yang menunjukkan tanda-tanda penyiksaan.
Dari 28 jenazah sandera Israel yang disepakati untuk diserahkan Hamas, total 23 jenazah kini telah dikembalikan (19 Israel, satu Thailand, satu Nepal, satu Tanzania, ditambah jenazah terbaru).
Enam jenazah terakhir termasuk lima yang disandera pada 7 Oktober 2023, dan sisa jenazah seorang tentara yang tewas pada tahun 2014.(*)

![suasana di jalan yang dikelilingi oleh puing-puing bangunan yang hancur di Jabalia, di Jalur Gaza utara [Foto : AFP] suasana di jalan yang dikelilingi oleh puing-puing bangunan yang hancur di Jabalia, di Jalur Gaza utara [Foto : AFP]](https://lh3.googleusercontent.com/-Rk6OqszRzhs/aQ89i9aD91I/AAAAAAAAC88/Vy11iDHOJtM5oAziOrhs95EQyjMMNK_uQCNcBGAsYHQ/s1600-rw/IMG-20251108-WA0041.jpg)