Seluma : Badan Narkotika Nasional (BNN) RI menegaskan pentingnya memperkuat peran desa dalam mencegah dan menanggulangi peredaran narkoba yang kini dinilai mulai menyasar wilayah pedesaan.
 |
| BNN Dorong Penguatan Desa Bersinar untuk Tangkal Peredaran Narkoba di Tingkat Akar Rumput |
Penegasan itu disampaikan dalam kegiatan Konsolidasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Gotong Royong Membangun Desa yang digelar Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDTT) di Desa Bukit Peninjauan I, Kabupaten Seluma.
Acara tersebut dihadiri Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto, Gubernur Bengkulu Helmi Hasan, jajaran Forkopimda, serta Bupati Seluma Teddy Rahman.
Sekretaris Utama BNN RI, Irjen Pol Tantan Sulistyana, mengapresiasi langkah Kemendes PDTT yang mengintegrasikan sejumlah program lintas kementerian di tingkat desa.
“Sinergi ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya poin keenam mengenai pembangunan dari desa serta poin ketujuh terkait penguatan pencegahan korupsi dan narkoba dari tingkat dasar,” ujar Tantan.
Tantan menjelaskan bahwa situasi peredaran narkotika, baik di tingkat global maupun nasional, menunjukkan tren yang semakin mengkhawatirkan.
Menurut UNODC, sebanyak 236 ton sabu disita di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara pada 2024. Sementara World Drug Report 2023 mencatat jumlah penyalahguna narkoba dunia mencapai 296 juta orang.
Di Indonesia, hasil survei BRIN 2023 menunjukkan prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 1,73 persen atau setara 3,3 juta orang. Mayoritas merupakan kelompok usia produktif 15–49 tahun.
“Fenomena baru saat ini adalah masuknya sindikat narkoba hingga wilayah pedesaan. Pekerja perkebunan, nelayan, hingga pekerja tambang menjadi sasaran jaringan peredaran narkoba,” ungkap Tantan.
Ia menambahkan kondisi ekonomi yang tidak stabil turut membuat sebagian masyarakat tanpa penghasilan tetap, termasuk ibu rumah tangga, rentan terjerat menjadi kurir narkoba.
Untuk menjawab tantangan tersebut, kata dia, diperlukan memperkuat program Desa Bersinar (Bersih dari Narkoba), yang mendorong keterlibatan aktif masyarakat desa dalam upaya pencegahan.
"Program Desa Bersinar ini mencakup edukasi bahaya narkoba, kampanye pencegahan, hingga pelatihan vokasional bagi kelompok rentan. Selain itu, dilakukan juga Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM), yakni pemulihan penyalahguna melalui agen pemulihan yang berasal dari warga desa, " jelas Tantan.
Selain itu, Tantan juga menjelaskan bahwa masih terdapat lima kawasan rawan narkoba di Provinsi Bengkulu. Di sejumlah daerah, sindikat narkotika bahkan mampu menjadi patron baru bagi masyarakat, menggantikan peran tokoh agama atau kepala desa.
Karena itu, BNN meminta pemerintah daerah, termasuk pemerintah kabupaten dan seluruh kepala desa, memperkuat kolaborasi dalam memulihkan kawasan rawan tersebut.
“Peran kepala desa, perangkat desa, Bhabinkamtibmas, Babinsa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, pemuda, dan PKK sangat penting untuk mewujudkan Desa Bersinar,” tegasnya.
BNN mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat kerja sama dalam menciptakan desa yang aman, sehat, produktif, dan bermartabat. Penguatan desa dinilai menjadi kunci mencegah keterlibatan warga dalam jaringan narkoba sekaligus menghambat masuknya sindikat ke wilayah perdesaan.
“Dengan komitmen bersama, kita dapat mewujudkan desa yang bersih dari narkoba sebagai pondasi menuju Indonesia Emas 2045,” demikian kata Tantan (*)
