Sangat Prihatin, Genosida Berhenti, Perang Terus Berlanjut Krisis Kemanusiaan Terjadi
Karawang : Kepala Biro Al Jazeera Gaza, Wael al-Dahdouh, secara blak-blakan menyatakan bahwa meskipun aksi genosida di Jalur Gaza telah "berhenti untuk sementara," perang itu sendiri masih berlanjut dalam bentuk lain, dengan situasi kemanusiaan yang tetap berada di titik kritis.(4/11/25).
Berbicara di Istanbul, Dahdouh, yang telah kehilangan istri, putra, putri, dan kerabat lainnya dalam serangan Israel, membagikan penilaiannya yang suram tentang krisis yang sedang berlangsung dan melancarkan kritik tajam terhadap respons media global.
'Krisis Kemanusiaan Belum Berubah'
Dahdouh, yang putranya yang juga seorang jurnalis, Hamza, tewas dalam serangan di Khan Younis pada Januari, menegaskan bahwa kondisi di Gaza jauh dari kata membaik.
"Situasi kemanusiaan tidak banyak berubah. Satu-satunya hal yang berubah adalah genosida telah berhenti sementara," kata Dahdouh. "Pembantaian mungkin telah berhenti, tetapi perang belum berakhir."
Ia menyoroti bahwa Israel masih terus memblokir pengiriman bantuan vital, termasuk makanan, obat-obatan, dan peralatan medis, serta bahan-bahan untuk rekonstruksi.
"Pasien tidak diizinkan menerima perawatan di luar negeri, dan masuknya tenda serta bahan untuk tempat berlindung dicegah," ungkapnya.
Menurut Dahdouh, lebih dari 100 orang masih terbunuh setiap hari, ratusan lainnya terluka, dan Israel menguasai lebih dari separuh Jalur Gaza sambil melakukan serangan harian.
Kondisi penduduk Gaza digambarkan sebagai "bencana."
"Orang-orang masih tinggal di jalanan, di tenda, atau di puing-puing tenda yang hancur. Sekitar 90 persen rumah di Gaza hancur sebagian atau seluruhnya. Sekitar 2,3 juta orang tanpa tempat berlindung, makanan, atau air bersih," tegasnya.
'Media Dunia Gagal untuk Gaza'
Dahdouh melancarkan kritik keras terhadap liputan perang yang dilakukan oleh media internasional.
"Saya percaya media dunia gagal dalam perang genosida ini, salah satu periode paling sulit dalam sejarah," ujarnya.
Ia menuduh bahwa media global gagal melaporkan secara objektif dan profesional, serta gagal menunjukkan solidaritas dengan para jurnalis yang menjadi sasaran serangan. Ia menambahkan bahwa upaya Israel untuk "menenggelamkan Gaza dalam kegelapan dan menyembunyikan genosida" disambut dengan "keheningan" dari media, meskipun para jurnalis mempertaruhkan nyawa mereka.
"Dunia gagal dua kali: pertama, dalam merefleksikan kebenaran, dan kedua, dalam berdiri bersama para jurnalis," pungkasnya.
Pujian untuk Anadolu Agency dan Peran Turki
Di tengah kritik tersebut, Dahdouh memuji liputan Kantor Berita Anadolu (AA) Turki, menggambarkannya sebagai "model jurnalisme profesional dan manusiawi."
Ia juga mengapresiasi peran Turki dalam mendukung Gaza, khususnya kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan. "Peran Turki sangat penting dan kuat; di tingkat pemerintah, publik, dan kepresidenan. Peran ini harus dilanjutkan di masa depan," imbuhnya.
Dahdouh menekankan bahwa apa yang terjadi di Gaza adalah "kejahatan perang yang belum pernah terjadi sebelumnya," menyerukan agar setiap upaya harus sepadan dengan besarnya genosida dan ketidakadilan ini agar dapat dihentikan dan hak-hak dipulihkan.(*)

