Hal tersebut, diungkapkan oleh Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani saat rapat koordinasi bersama seluruh kepala daerah dan Forkopimda di Kantor Kemendagri pada Senin, 1 Desember 2025 hari ini.
Tak hanya itu, ia menerangkan jika kenaikan muka air laut yang memicu rob berkaitan dengan fase bulan.
“Perigee dan purnama pada 4 Desember, serta bulan baru pada 20 Desember, berpotensi meningkatkan tinggi air laut,” katanya
Selain itu, ia menyebut jika hujan ekstrem di daratan juga dapat menghambat aliran air ke laut, memperparah risiko banjir di pesisir. Faisal menekankan masyarakat perlu waspada, terutama pada periode mendekati Nataru.
BMKG menilai ancaman gelombang tinggi relatif kecil, namun gelombang sedang masih mungkin terjadi di beberapa wilayah, termasuk Barat dan Selatan Sumatera, Selat Sunda, Selatan Jawa, serta NTT.
Untuk mendukung kesiapsiagaan, BMKG bersama BNPB juga melakukan operasi modifikasi cuaca di beberapa lokasi strategis, seperti Bandara Kualanamu, guna menjaga kelancaran logistik dan kegiatan darurat.
Meski demikian, Faisal menegaskan, teknologi ini belum dapat mengendalikan siklon.
“Peringatan dini harus diikuti dengan tindakan cepat. Prinsipnya, early warning harus berujung pada early action menuju zero victim,” pungkasnya.(*)

