Rawan Longsor, Rumah Warga Arjasari Direkomendasikan Direlokasi Total
Bandung: Bangunan dan rumah warga terdampak bencana gerakan tanah di Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, direkomendasikan agar direlokasi total. Rekomendasi ini dikeluarkan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyusul identifikasi jenis gerakan tanah bertipe rotasional.
![]() |
| Longsor di Kecamatan, Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dipicu hujan deras pada Jumat (5/12/2025) petang (Foto: BPBD Kab. Bandung) |
Badan Geologi mengungkapkan bahwa di kawasan Gunung Sinapeul tersebut memiliki potensi tinggi memicu longsor susulan. Ini terkait bencana gerakan tanah yang terjadi pada Jumat (5/12/2025) sore di Desa Wargaluyu.
Diketahui, insiden itu menyebabkan tiga warga tertimbun dan satu orang luka-luka. Selain itu, sekitar 400 warga terpaksa mengungsi ke lokasi aman.
“Bangunan atau rumah warga yang terdampak gerakan tanah atau rusak akibat material tanah longsor sebaiknya direlokasi ke daerah yang aman. Karena daerah tersebut masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan,” kata Plt Kepala Badan Geologi, Lana Saria, dalam keterangannya di Bandung, Minggu (7/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa hasil analisis tim geologi menunjukkan bencana tersebut bukan longsor biasa, melainkan gerakan tanah tipe rotasional. Yaitu, pergerakan massa tanah yang berputar pada bidang gelincir cekung.
"Pergerakan itu dipicu kondisi tanah pelapukan yang gembur dan berongga. Sehingga, membahayakan keselatan warga sekitar," ujarnya.
Secara geologi, lokasi bencana berada pada koordinat 7.037935 LS dan tersusun oleh batuan Andesit Waringin–Bedil, serta Malabar Tua, terdiri dari perselingan lava dan breksi. Kondisi tersebut diperparah oleh sistem drainase permukaan yang buruk sehingga air menggenang, diitambah lagi curah hujan tinggi berdurasi panjang.
Badan Geologi menyebut wilayah Arjasari termasuk dalam Zona Kerentanan Menengah berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah Desember 2025. Zona ini mengindikasikan potensi pergerakan tanah meningkat jika curah hujan berada di atas normal.
Terutama, pada area berbatasan dengan lembah sungai, gawir, atau tebing jalan yang mengalami gangguan kestabilan lereng. Badan Geologi juga mengingatkan tim SAR gabungan agar sangat berhati-hati dalam melakukan pencarian korban yang masih hilang.
“Penanganan longsoran dan pencarian korban tertimbun agar memperhatikan cuaca. Jangan dilakukan pada saat dan setelah hujan deras, karena lereng terjal ini masih sangat labil dan bisa menimbun petugas,” ucap Lana.
Sebagai langkah mitigasi jangka panjang setelah relokasi, Badan Geologi merekomendasikan pembuatan terasering dan penanaman vegetasi berakar kuat. Khususnya, di bagian bawah hingga tengah lereng untuk memperkuat struktur tanah yang mudah luruh saat terkena air.(*)

