Rupiah Ditutup Turun Tipis terhadap Dolar AS
Jakarta: Nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar AS hingga penutupan perdagangan hari ini, meski melemah tipis. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah turun 0,02 persen atau 3 poin menjadi Rp16.628 per dolar AS.
![]() |
| Ilustrasi. Lembaran uang rupiah digunakan dalam transaksi perdagangan ritel (Foto:Dokumentasi Bank Indonesia) |
Ekspektasi pasar yang semakin meningkat terhadap pemangkasan suku bunga the Fed, masih mempengaruhi fluktuasi nilai tukar mata uang. “Perangkat CME FedWatch menunjukkan perkiraan pasar mengenai probabilitas pemangkasan suku bunga meningkat menjadi 90 persen,” kata Analis Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, Rabu (3/12/2025).
Pelaku pasar sekarang sedang menunggu rilis Laporan Ketenagakerjaan Nasional berdasarkan Automatic Data Processing (ADP) sektor swasta bulan November. Setya data Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bulan September yang tertunda.
Kedua data itu, tambah Ibrahim, diawasi ketat oleh the Fed. Di sisi lain, pasar juga berspekulasi tentang pergantian kepemimpinan the Fed.
Faktor geopolitik, utamanya konflik Rusia-Ukraina masih mempengaruhi pasar keuangan global. Rusia menyatakan, kesepakatan perdamaian dengan Ukraina yang dimediasi AS, gagal tercapai.
Pertemuan lima jam antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump tidak membuahkan hasil. AS kemungkinan masih akan membatasi pasokan minyak Rusia untuk Tiongkok dan India.
Di dalam negeri, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menilai Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk melanjutkan pelonggaran moneter. Artinya, BI masih punya ruang untuk menurunkan suku bunga kebijakan hingga 50 basis poin.
BI telah menurunkan suku bunga dari 6,25 persen di bulan Agustus 2024 menjadi 4,75 persen hingga November 2025. “Namun penurunan tersebut belum tersalurkan secara penuh ke suku bunga kredit perbankan maupun imbal hasil obligasi korporasi,” ujar Ibrahim.
Sehingga pertumbuhan kredit masih jauh di bawah rata-rata historis sebelum pandemi dan sebelum siklus pelonggaran dimulai. OECD menekankan pentingnya pendekatan data-dependent.
“Agar BI mampu menyeimbangkan antara kebutuhan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan kewaspadaan terhadap risiko inflasi,” kata Ibrahim lagi. Penyempitan selisih suku bunga BI dengan suku bunga di negara-negara maju, menyebabkan pelemahan kurs.
Mata uang rupiah sudah terdepresiasi sekitar 3 persen terhadap dolar AS sejak awal tahun. Sampai hari ini, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih sangat fluktuatif.(*)

