Hari ini
Cuaca 0oC
Headline News :

Rupiah Naik Tipis Setelah Rilis Data Cadangan Devisa

Jakarta: Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar AS dalam penutupan perdagangan akhir pekan ini. Dari data Bloomberg, rupiah naik 0,03 persen atau 5 poin menjadi Rp16.648 per dolar AS.
Lembaran uang rupiah nominal Rp100.000 emisi tahun 2022 (Foto: Dokumentasi Bank Indonesia)

Nilai tukar rupiah sedikit menguat setelah Bank Indonesia (BI) merilis posisi cadangan devisa Indonesia hingga akhir November 2025. “Cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar USD150,1 miliar, meningkat dibandingkan Oktober 2025 sebesar USD149,9 miliar,” kata Analis Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, Jumat (5/12/2025).

Dari laporan BI, kenaikan cadangan devisa bersumber dari pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. “Kenaikan cadangan devisa juga terjadi di tengah kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah karena ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat,” ucap Ibrahim mengutip laporan BI.

BI juga menyebut cadangan devisa mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Di sisi lain, dolar AS juga semakin menguat karena semakin meningkatkan keyakinan pasar terhadap pemangkasan suku bunga the Fed. “Pelaku pasar beralih ke pandangan bahwa the Fed mungkin akan melonggarkan kebijakan seiring melemahnya momentum ekonomi,” ucap Ibrahim.

Menurutnya, data pasar tenaga kerja AS memperkuat sentimen tersebut. Klaim pengangguran mingguan turun tajam menjadi 191.000, level terendah sejak September 2022.

Pada saat yang sama, laporan penggajian swasta awal pekan ini menunjukkan perusahaan-perusahaan AS memangkas 32.000 pekerjaan. Hal ini mengindikasikan melemahnya perekrutan tenaga kerja pada bulan November. 

“Saat ini, pelaku pasar sedang menunggu data inflasi belanja konsumsi pribadi (PCE) di AS. Data ini menjadi petunjuk prospek kebijakan Federal Reserve (Fed) menjelang pertemuannya minggu depan,” kata Ibrahim.

Selain faktor ekonomi, perkembangan konflik geopolitik juga mempengaruhi pergerakan nilai mata uang. Serangan Ukraina ke infrastruktur energi Rusia berpotensi menimbulkan masalah pasokan.

“Pasar juga bersiap menghadapi potensi serangan militer AS ke Venezuela. Presiden Trump mengatakan akhir pekan lalu, AS akan segera mengambil tindakan terhadap pengedar narkoba di Venezuela,” ujar Ibrahim menutup analisisnya.(*)

Hide Ads Show Ads