KARAWANG,PELITA ON LINE-.(27 APRIL 2010)

Oleh :SAMBAS BARA "TEMPURAN"

Guru adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa,” rasanya sudah begitu klise kalimat itu diutarakan berbagai pihak dan semua orang setuju dengan pernyataan itu, kalau pun ada yang tidak setuju mungkin belum paham akan hal itu.

Saat ini ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru hingga layak dikatakan seorang profesional yang wajib dimilikinya yaitu Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional dan Kompetensi Sosial. Tujuannya tidak lain yaitu ingin bangsa ini mempunyai guru yang ideal di era global. Bukan tugas yang gampang untuk dilakukan tapi bukan hal yang tidak mungkin kalau belum dimulai.

Dari berbagai tulisan yang ada dan hasil pengamatan, penulis ingin mengemukakan empat hal dengan maksud tidak ingin menggurui untuk menjadi guru profesional yang ideal di era global.

Pertama, guru ideal adalah guru yang dapat membagi waktu dengan baik. Dapat membagi waktu antara tugas utama sebagai guru dan tugas dalam keluarga, serta dalam masyarakat. Kuncinya disiplin dengan waktu, itu sudah diperingatkan sejak ratusan tahun yang lalu dikatakan bahwa ”Demi masa (waktu). Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al Ashr: 1-3). Bahkan bangsa Jepang menghargai waktu sama dengan uang, “ Time Is Money,” bahkan kebanyakan orang sukses mengurangi waktu untuk istirahatnya.

Kedua, guru ideal adalah guru yang rajin membaca. Membaca tidak terikat waktu, ruang dan tempat. Tidak terikat waktu karena membaca dapat dilakukan kapan saja, bergantung keinginan dan waktu luang. Tidak terikat ruang karena membaca dapat dilakukan di ruang apapun, tidak perlu ruang khusus sepanjang tidak terganggu atau mengganggu pihak lain. Tidak terikat tempat karena membaca dapat dilakukan di tempat umum. Apakah guru memiliki budaya membaca?

Hendaknya guru tidak seperti calo terminal, yang senantiasa menawarkan tujuan tapi tidak pernah mau mengikuti dan melakukan perjalanannaya, hingga akhirnya tetap jadi calo terminal dan tidak tahu apakah yang diajaknya sampai atau tidak di tempat tujuan.

Guru selalu menuding bahwa minat peserta didik untuk belajar (membaca) sangat rendah. Bagaimana dengan minat membaca guru? Mungkin kita perlu memanfaatkan waktu untuk membaca saat antri pengambilan gaji di bank, di loket pembayaran listrik, rekening telepon, atau loket pembayaran rekening air. Bahkan memanfaatkan waktu untuk membaca saat di perjalanan dengan kendaraan umum.

Kecanggihan teknologi hendaknya dapat dimanfaatkan maksimal oleh guru, salahsatunya adalah internet. Guru dapat memanfaatkan internet untuk mengetahui informasi dengan membaca melalui komputer baik destop maupun laptop. Apa bila pasilitas itu masih terlalu ribet untuk digunakan, maka dengan HP yang mempunyai pasilitas GPRS bisa juga dimanfaatkan. Dengan cara ini lebih praktis, kita bisa membaca apa saja yang kita perlukan, berbagai situs internet menyediakan layanan yang sifatnya ilmu pengetahuan baik keilmuan formal maupun non formal.

Apa bila kita masih berkelit, tidak memulai mencoba maka bila dibandingkan dengan siswa-siswanya yang sudah pintar menggunakan pasilitas canggih maka guru akan menjadi calo terminal pendidikan selamanya.

Ketiga, guru ideal adalah guru yang banyak menulis. Menulis juga tidak terikat ruang, waktu dan tempat. Pernahkah guru memanfaatkan waktu untuk menulis di sela-sela kegiatan mengajar, sehingga yang dihadapi pada hari itu dapat menjadi sebuah rancangan penelitian atau bahkan sebuah artikel? Dengan menulis kita akan berada di mana-mana. Karya tulis akan dibaca oleh banyak orang dan dapat juga dimanfaatkan oleh orang lain sebagai sumber bacaan. Dengan seperti itu guru akan senantiasa melakukan inovasi terhadap dunia pendidikan yang selalu bergerak dinamis. Apa bila tidak bisa mengimbanginya tentu perkembangan jaman akan melindas dengan kejamnya.

Keempat, guru ideal adalah guru yang gemar melakukan penelitian. Cikal penelitian adalah adanya masalah. Seorang peneliti tidak akan percaya masalah dapat diselesaikan tanpa penelitian. Seorang guru akan selalu gelisah dengan prestasi dan proses belajar peserta didiknya sehingga guru akan terus memiliki budaya meneliti.

Hal yang mudah untuk diucapkan namun susah untuk dilaksanakan, itu bisa terjadi apabila tidak dimulai dari sekarang, hari esok belum tentu menjadi milik kita. Mulailah dari hal terkecil yang sederhana mulai dari sekarang.*** (SB)