Purwakarta.- Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama Provinsi DKI Jakarta Kiai Ahmad Syafi’i Mufid mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten Purwakarta yang memasukan program pendalaman kitab kuning ke dalam kurikulum muatan lokal sekolah umum di daerah tersebut. 

Hal ini dia tegaskan di sela pertemuan dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di Aula Bappeda Purwakarta pada Selasa (12/9). 

Menurut dia, program pendalaman kitab kuning merupakan langkah besar dalam penguatan ilmu pengetahuan Agama, apalagi terobosan luar biasa sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta dengan menerapkan kebijakan ini di sekolah umum. Karena biasanya, kitab kuning hanya diajarkan di pesantren. 

“Ini langkah strategis dan tepat. Ada sinergi antara pola pendidikan di sekolah umum dengan pola pendidikan pesantren. Sangat aplikatif sekali,” jelas Kiai Ahmad. 

Ahmad pun mengeluhkan pola pengajaran Agama di sekolah umum yang sampai hari ini masih terkesan general dan tidak spesifik. Namun berkat hadirnya kitab kuning dalam kurikulum, ia meyakini transfer keilmuan tradisi keislaman dapat segera difahami oleh para pelajar muslim. 

“Sekolah terpadu semacam ini ada, tetapi biasanya dikelola oleh swasta. Ini ‘value’ nya dimasukan ke dalam kurikulum sehingga terintegrasi, saya kira memudahkan transfer keilmuan kepada pelajar,” katanya menambahkan. 

Dedi Mulyadi Musyrik

Pertemuan ini ternyata digunakan oleh FKUB Provinsi DKI Jakarta untuk ber-tabayyun dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi tentang sosoknya yang oleh sebagian kalangan dianggap menyimpang dan jauh dari ajaran Islam. 

Informasi tentang ini diakui oleh Kiai Ahmad dia peroleh dari sosial media. Bahkan, beberapa informasi menyebut secara gamblang bahwa pria yang sudah dua periode memimpin Purwakarta tersebut termasuk ke dalam golongan kaum musyrik.

“Awalnya saya kira menyeramkan, ternyata tidak, pas ketemu, kita gali pemikirannya, kita gali programnya dalam kebijakan yang beliau lakukan ternyata beliau ini luar biasa. Saya pastikan Dedi Mulyadi sama sekali tidak musyrik,” tegasnya. 

Beberapa isu terkait kereta kencana, pohon yang dibalut dengan kain hitam putih dan pembangunan aneka patung wayang menjadi topik tabayyun para tokoh Agama di DKI Jakarta tersebut. 

“Semuanya kami tanyakan, kita tabayyun, tidak boleh langsung menghakimi, pohon dibalut kain itu agar tidak dipaku oleh para pemasang gambar, kereta kencana kan malah sering dipinjam oleh Istana Negara, (oca)