Karawang.-Persoalan guru Honorer K2, nampaknya tak pernah habis Setiap tahun,kehidupannya bertahan dengan pendidikan bagi generasinya,namun secercah harapan,  sesekali mereka bergelut dengan pemberkasan, ajuan, SK mengajar, SK masa kerja dan sekelumit lainnya. (25/11/2017).

Seperti yang dialami seorang guru Honorer K2 di SDN Kiara 3 Kecamatan Cilamayq Kulon,Soma S. Pdi.Keringat mengajar anak-anak SD sudah mengucur didikannya selama 30 tahun terakhir,namun di usianya yang menginjak 51 tahun,status K2 yang disandangnya,tak kunjung ada kejelasan menjadi CPNS.Lebih memilukannya lagi,harapannya menjadi PNS selama 30 tahun terakhir,   justru lebih didahului kedua muridnya yang sudah sukses menjadi abdi negara saat ini." Usia saya gak lagi muda, 30 tahun saya ngajar di SD, sampai ada dua murid saya yang jadi guru,  justru lebih dulu jadi PNS, saya gak ngiri, namun kembali ke nasib saja. Dan selalu berteriak setiap kali demo,  dimana keberpihakan negara selama ini atas status saya, " Katanya.

Soma mengaku,sebelum ke SDN Kiara 3,dirinya pernah mengajar di SDN Langgensari 1 pada tahun 1996, saat itu,  dirinya hanya digaji Rp 30 ribu perbulannya.Ekonomi era krisis tersebut membuatnya kalang-kabut dengan nominal yang sedikit,  sampai akhirnya ia yang lulusan Pendidikan Guru Agama (PGA) saat itu,  memilih meninggalkan aktivitasnya mengajar, bahkan untuk menyambung hidup saja kala itu,  ia menjadi tukang ojek selama 2 tahun di Pasar Wadas. Miris memang, ditengah himpitan ekonomi, ia terpaksa menjadi ojek untuk menghidupi istri dan anak sebelum akhirnya kembali mengajar di SDN Kiara 2 dan SDN Sukamulya 3.Asam garam menjadi guru di berbagai SD sudah ia geluti dan bertahan sampai saat ini sampai menyandang status Honorer K2. Bahkan, sebagai guru ada muridnya yang sukses jadi guru dan sudah berhasil menjadi PNS,meskipun demikian, ia terima suratan takdir ditengah segala ikhtiar yangbsudah dilakukannya." Tahun 1996, saya di honor Rp 30 ribu perbulan, dengan himpitan ekonomi yang ada,saya sempat juga jadi tukang ojek 2 tahun di pasar wadas, "Ujarnya. 

Soma
Soma menambahkan, harapan tak pernah putus sampai saat ini termasuk bertahan menjadi guru. Betapapun usia pensiun PNS tinggal 6 tahunan lagi dibanding usianya saat ini,  ia terus bermimpi bisa mendapat status PNS tersebut, walaupun harus dengan berteriak lantang demonstrasi di Jakarta setiap tahun sampai pemberkasan yang sudah menumpuk jadi tameng PHP. Jika pun revisi gagal, yaitu syarat CPNS harus usia dibawah 35 tahun, dirinya hanya bisa memohon kepada pemerintah dan negara,agar kesejahteraan bisa setara dengan yang lainnya, apalagi ditengah Upah Minimum Kabupaten (UMK)Karawang sendiri, sudah nyaris tembus Rp 4 juta, jumlah itu baginya, sudah bagaikan jauh panggang dari pada api.Sebab, saat ini sebagai honorer K2,  gaji yang diterima baru Rp 1,45 juta perbulan, dengan rincian dari Pusat Rp 750 ribu dan Pemkab Rp 700 ribu. " Waduh bicara demo dan pemberkasan mah sudah setiap tahun, kalau di hitung mah sudah menumpuk atuh, " Ujarnya. 

Lebih jauh Soma menambahkan,BKPSDM sempat mengumpulkan berkas lagi dan kumpulan baru-baru ini. Dengan penuh harap sebut Soma, ia sumringah karena gelagat CPNS sudah mulai nampak, namun lagi-lagi apa yang dilakukan BKPSDM, hanya pemetaan dan pendataan saja, bukan soal kepastian jado CPNS  Lagi-lagi,  pil pahit ia telan bersama rekannya,karena sebagai K2 tertua di Cilamaya Kulon, di usianya yang sudah kepala 5 masih saja menerima PHP.  "Saya hanya minta perhatian jikapun status PNS tidak menjadk nasib saya,minimal kesejahteraannya bisa adil, " ungkap Soma penuh harap.