PELITAKARAWANG.COM - Atikah (30) warga Dusun Bedeng Rt 06/02 Desa Kutajaya Kecamatan Kutawaluya. Setiap hari ia habiskan waktunya di atas kasur busa merasakan panyakit yang di deritanya. Dan hampir 30 tahun tak merasakan hangatnya sinar matahari akibat penyakit polio yang di deritanya.

Menurut sang ayah Hadi Komarudin (58), sejak di lahirkan kondisi Atikah sehat,namun ketika usianya 8 bulan,Atikah mengalami panas dan kejang-kejang atau biasa di sebut stip. Semenjak saat itulah pertumbuhan Atikah mulai tidak normal meskipun telah sering kali di rujuk ke dokter maupun di rawat secara intensif melalui pengobatan tradisional.
"Berobat sudah kemana-mana, mulai dari RSUD sampai pengobatan tradisional tapi gak ada perubahan," katanya kepada awak media saat ditemui di rumahnya, Senin (21/5).

Ayah Atikah yang hanya seorang buruh bangunan mengaku sangat terpukul dengan keadaan anak pertama dari 3 bersaudara tersebut, ia mengaku telah menghabiskan uang puluhan juta hingga menjual tanah untuk kesembuhan anaknya. Namun sayang, hingga saat ini anak pertamanya tersebut masih tak dapat bergerak lincah layaknya teman seangkatannya.

"Saya sudah hampir kehabisan uang untuk biaya berobat," ujarnya.

Setahun silam, demi kesembuhan anaknya tersebut. Ibunya rela bertolak ke luar negri yakni ke Brunei Darussalam karena sudah merasa kekurangan biaya. Karena sampai saat ini ibunya Atikah masih sangat berharap melihat anaknya bisa sembuh seperti teman sebayanya yang sudah mempunyai anak.

"Maka dari itu istri saya maksa untuk pergi ke Brunei, katanya berusaha untuk Atikah agar bisa sembuh. Karena saya sudah hampir tidak mampu," akunya.

Dirinya berharap ada donatur dari swasta maupun pemerintah yang tergetar hati melihat kondisi anaknya tersebut. Karena tak bisa di pungkiri kasih saya orangtua terhadap anaknya, apalagi Atikah dinilai rajin beribadah puasa meskipun kondisinya tidak memungkinkan.

"Setiap bulan puasa semenjak ia akhil baligh sampai sekarang selalu berpuasa, karena ketika di paksa untuk buka, dia selalu nolak dan nangis kalau di paksa buka puasa," jelas Hadi.

Meskipun dengan keadaan yang serba kekurangan, Atikah di akui tidak pernah merepotkan orangtua. Mulai dari makan dan munum ia lakukan sendiri. Hanya saja untuk minumnya di berikan sedotan, sedangkan untuk makan cukup di sodorkan ke hadapannya saja.

"Ia gak penah ngeluh karena makanan, kalau masalah buang air itu wajar karena kondisi fisiknya yang kurang," pungkasnya.

Sementara itu, menurut Dina Marlina (15) adik bungsu Atikah, dirinya merasa khawatir dengan keadaan kakaknya tersebut. Karena selama ini ia hanya bisa membantu untuk keperluan makan dan jajannya saja.

"Khawatir banget, paling kakak minta dibantu untuk makan aja," tutupnya.