PELITAKARAWANG.COM-.Bursa calon presiden 2019 semakin diramaikan dengan munculnya beberapa nama lain diluar Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Setelah sebelumnya ada nama Sam Aliano, kini muncul nama Panglima Besar Front Pembela Rakyat (FPR), Nugroho Prasetyo yang ingin maju pada Pemilu 2019 mendatang .


Nugroho akan mendeklarasikan dirinya secara resmi sebagai Capres 2019 di Tuban pada 6 Juli mendatang dengan melibatkan sekitar 2.000 orang. Nugroho mengatakan, dirinya tidak main-main untuk maju sebagai Cawapres. 


Menurut dia, kesiapan dirinya sangat berbeda dengan Sam Aliano yang hanya menawarkan umrah gratis untuk kemajuan bangsa Indonesia. "Saya jauh lebih serius daripada Sam Aliano yang menawarkan jalan untuk menuju puncak kejayaan bangsa hanya dengan umrah gratis. Saya bukan Sam Aliano bangetsaya," ujar Nugroho saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (19/6).et saya," ujar Nugroho saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (19/6).


Nugroho mengatakan, untuk menunjukkan keseriusannya untuk maju sebagai Capres 2019, pihaknya akan mengajukan gugatan terlebih dahulu kepada Mahkamah Konstitusi (MK) pada Kamis (21/6) mendatang terkait presidential threshold 20 persen tersebut. 


Menurut dia, sudah ada satu partai yang akan memberi tiket untuk maju sebagai Capres jika president treshold tersebut tidak 20 persen tapi 0 persen. "Saya kira saya muncul hari ini tidak dengan tujuan seperti halnya Sam aliano muncul. Saya serius. Keseriusan saya, saya tunjukkan dengan memasukkan gugatan ke MK," ucapnya. 


Selain itu, menurut dia, dirinya akan maju karena resah melihat kondisi bangsa saat ini yang hanya menjadi kaki tangan asing. Nugroho prihatin, saat Undang-Undang Dasar 1945 yang dibuat oleh para pendiri bangsa dengan tujuan kemakmuran, juatru diubah isinya hanya untuk mengakomodir kepentingan asing.


“Ada 120 UU didalamnya buat kepentingan asing. Ini sebuah ironi bagi bangsa Indonesia yang sangat besar,” kata dia. 


Karena itu, kata dia, hanya ada satu cara agar Indonesia dapat terlepas dari tangan-tangan asing, yaitu  dengan cara menerbitkan Dekrit Presiden. Walaupun dia sendiri mengakui bahwa caranya ini sangat rentan dan sangat beresiko. 


Kendati demikian, tambah dia, dekrit presiden ini sudah pernah dilakukan oleh beberapa pemimpin negara agar bangsanya menjadi besar, seperti Presiden Nikaragua Daniel Ortega, Presiden Bolivia Evo Morales dan Presiden Venezuela Hugo Chavez.


“Saya paham geopolitik. Sudah menghitung. Resiko seorang presiden mengelurkan dekrit, paling ancaman pembunuhan. Saya sudah siap,” tegasnya.