PELITAKARAWANG.COM -  Meskipun memiliki Bupati berlatar belakang dokter perempuan, namun Kabupaten Karawang disebut-sebut masih menempati rangking 2 Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat setelah Indramayu. Selain faktor maraknya pernikahan wanita di usia dini, perkembangan teknologi membuat masa puber usia pelajar meningkat drastis.

Ditemui di Tempuran, Kabid Pembangunan Ketahanan Keluarga DPPKB Karawang, Dodo Jalal Abduh mengatakan, Karawang selama ini masih tertinggi jumlah kematian ibu melahirkan atau AKI di Jawa Barat, bahkan menyandang rangking ke 2. 

Memang, kenakalan remaja saat ini selain Narkotika Zat Adiktif dan Psikotropika (Napza) dan dampaknya pada HIV Aids, fenomena pernikahan dini dibawah usia 20 tahun juga masih marak di Karawang, sehingga hal ini menjadi pemicu ketidaksiapan si ibu melahirkan di usia belasan tahun hingga akhirnya meninggal dunia. 

Memang sebut Dodo, kematian ibu melahirkan itu tidak melulu soal usia dini, tapi kadang-kadang akibat anemia atau kurang darah saat melahirkan, tetapi sepatutnya pernikahan itu bisa mengikuti syarat dari UU Perkawinan yaitu 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk pria, sehingga usia itu jauh lebih siap menghadapi resiko-resiko rumah tangga, termasuk melahirkan. " Untuk jumlah saya gak hafal, karena itu data di Dinkes, tapi yang pasti Karawang masih rangking 2 tertinggi di Jabar," Katanya. 

Dodo menambahkan, selain pernikahan dini, faktor perkembangan teknologi yang disalahgunakan secara bebas dalam mengakses film dan video usia remaja, sangat berselancar begitu cepat. Disisi lain, orangtua di lingkungan keluarga yang seharusnya bisa mengawasi, juga rata-rata gagap teknologi, sehingga tidak bisa menyelami teknologi yang pergunakan anaknya. Akibatnya, masa puber begitu cepat dan anak kebanyakan di nikahkan diusia kurang dari 20 tahun. Kondisi ini, sebutnya, harus jadi perhatian, diantaranya adalah dengan menggalakan kegiatan Pusat Konseling Remaja (PIker) dari DPPKB ke sekolah-sekolah, maupun Program Generasi Rencana Ceria (Generic).  Biasanya sambung Dodo, pihaknya coba masuk di masa-masa orientasi siswa SMP ke SMA dan waktu-waktu tertentu. Itu dilakukan agar anak usia pelajar tumbuh kembang dan pola pikirnya sesuai dengan usianya, baik kaitan bahaya seksual usia dini, pacaran, dan ancaman Napza masuk ke lingkungan sekolah. " Ada program piker, kita selalu upayakan pemahaman ke para siswa usia sekolah,  semoga terus efektif dengan kerjasama lintas OPD," Katanya.