PELITAKARAWANG.COM - Kasus Stunting ditemukan hanya di 12 desa di Karawang pada tahun 2018. Namun, dalam rilis software Dinas Kesehatan (Dinkes) tahun 2019 ini, Stunting atau kerdil sudah merambah di 44 Desa. 

Kepala Puskesmas Pasirukem, Dedi  Sugandi mengatakan, data yang di rilis, membuat terheran-heran sejumlah pejabat Puskesmas termasuk dirinya. Dalam aturannya, Stunting itu memang ada, tapi diharapkan tidak lebih dari 10 persen setiap desa. Namun, kenyataan di data software justru di Cilamaya Kulon ini rata-rata diangka 24 persen, disisi lain, jangankan Kades, dirinya saja juga tidak tahu siapa dan dimana identitas hasil temuan yang di data Bidan desa ke Dinkes tersebut. Apakah ada kesalahan input, atau memang softwarenya yang ada kekeliruan. "Dikita memang ada, itu meliputi Desa Pasirjaya, Pasirukem, Sukajaya dan Langgensari. Kalau di data ada 24 persen, kita menempati Kecamatan tiga besar kasus Stunting tertinggi, " katanya. 

Dedi menambahkan, memastikan itu, selain harus di tinjau para Kades, bulan depan harus ada penimbangan masal. Mengingat, Agustus adalah bulan penimbangan yang akan mengukur berat badan, tinggi badan, panjang badan dan lainnya. Untuk itu, ia rilis alat-alat yang harus di lengkapi pemerintah desa pada Posyandu yang ada di desanya, seperti Dacin, Timbangan Bayi,  Timbangan Dewasa buat ibu hamil,  papan ukur panjang badan, microtoise atau alat ukur tinggi badan. "Dulu masih 12 desa, sekarang sudah 44 desa ada kasus Stunting, "katanya. 

Pihak DPMD juga, mengarahkan untuk membentuk semacam tim pembina Stunting di 44 desa ini, sehingga tidak ada alasan pemerintah desa cuek terhadap pencegahan Stunting tersebut. Rencananya, sekitar bulan September, pihak Puskesmas, baik Pasirukem maupun Bayurlor akan kampanye Stunting yang melibatkan 500 anak SMP di acara gebyar nanti. "DPMD juga beri support dengan membentuk tim pembinaan dan pendampingan khusus pencegahan Stunting di 44 desa yang di maksud, "pungkasnya. (Rdi)