Breaking News
---

KEDAULATAN GURU DI SEKOLAH TERANCAM......

KARAWANG,PELITA-.

Ada murid datang terlambat,ada guru yg memberi sanksi,si murid membangkang,sang guru berang,murid lalu meludah dan guru memukul.Kira kira semacam itulah adegan yang berlangsung di sebuah sekolah.Adegan itu berakhir dengan demo ratusan siswa untuk sang guru, permintaan untuk mundur dan ucapan maaf berkecamik kala itu.



Detail adegannya masih sulit dilacak, karena sang guru menyatakan, "saya tidak memukul,cuma meletakkan kepalan tangan di tubuh dan menekannya," kata sang guru. " Anak saya meludah ke samping dan ke tanah, tidak mengenai wajah dan tubuh guru," kata orang tua murid.selanjutnya,Namun apapun faktanya,memukul atau cuma menekan, kepalan tangan guru itu pun tetap ada.Apapun dalihnya,meludah ke wajah ataupun ke tanah, ludah itu telah pula melompat dari tempatnya.

Guru degan kepalan tangan degan modus kekerasan,memang cara yang tak lagi cocok untuk zaman ini.Akan tetapi, murid meludah, meludah ke wajah atau ke tanah adalah pembangkangan yang mencengangkan.Karena baik wajah atau tanah,bila meludahnya itu,dia rahakan ke seseorang atau siapa saja,pastilah sampai ke hati.Bukan cuma hati seorang guru di sekolah itu saja tentunya,tetapi hati,jiwa dan raga dunia pendidikan Indonesia tercemari.

Tulisan ini,tak ingin masuk secara rinci dan memberi justifikasi pada kasus pemukulan dan peludahan yang sangat kasuistik itu.Tetapi,mari membayangkan tentang suatu keadaan ketika,guru tak lagi memiliki kedaulatan di sekolah dan selalu disalahkan dalam memainkan TUPOKSInya.misal,Ia cuma dijadikan orang upahan yang bekerja sebatas menyampaikan bahan pelajaran.Ia bukan lagi ditempatkan sebagai pengajar atau pendidik tetapi cuma sebatas tukang.Predikat pengajar itu,sungguh beban berat dan sungguh mulia.

Ibarat cerita anak yang meludahi guru atau melawan guru adalah sifat kurang ajar,dan Kurang ajar itu sungguh keadaan yang tidak sederhana.karena,tak cuma menggambarkan kekurangan ajar di otak, tetapi juga di hati.jika guru,cuma atau hanya sebagai orang upahan di perlakuakn.mau bagimana kedepan bangsa ini....

Jika guru memang dibebani tanggung jawab untuk memperbaiki otak dan hati, semua pihak haruslah sepakat bahwa,guru harus dikembalikan pada kelasnya sebagai pengajar dan pendidik yang berhak mengajar kekurangan ajar pada anak dan,mendidik atas ilmu-ilmu sebagaimana awal dari kaidah-kaidah pendidikan ,maksud dan tujuan anak bersekolah. Semua pihak terkait juga harus sepakat,bahwa yang dimaksud dengan pelajaran bukan cuma mengerjakan soal dan mengisinya,lalu membaca buku bila kurang paham atas soal-soal yang di ujikan, tetapi juga soal kelakuan.

Jika kesepakatan ini disetujui, proses belajar-mengajar baru dapat di mulai dengan baik dan benar. Proses itu harus didahului oleh penyerahan kedaulatan dari rumah ke sekolah.Dari orang tua ke guru dan ke anak anaknya. Kedaulatan itulah yg membuat guru percaya,bahwa muridnya itu bukan cuma seorang siswa, tetapi juga anak-anaknya. Jika ia pintar,guru ikut bahagia, jika ia nakal guru boleh menghukumnya dengan batsan etika atau dibatas norma kewajaran tentunya.dan yang utama ,jangan campur adukan kepentingan sesuatu yang tidak pada tempatnya di dalam dunia pendidikan.misal berbisnis dan politik praktis.berikan guru sesuatu yang indah dan bebas dalam amanah yang mereka emban,bukan intervensi yang terjadi dalam sekolah.di mana otoritas sekolah....dan berdaulat dalam ranahnya?

Kedaulatan ini,seharusnya tidak saling ciderai. Bentuk hukuman guru terhadap murid harus dipandang sebagai hukuman orang tua terhadap anaknya, bukan hukuman dari orang upahan kepada orang yang mengupahnya.Meski murid bersekolah degan membayar, bayaran itu,bukanlah tanda pembelian tapi guru ada di sekolah adalah,pengabian pada nusa,bangsa dan negera sejati.karena sekolah juga bukan warung atau tempatnya para guru berjualan terkeculai,gurunya seorang oknum.

Kasus ludah meludah atau meningkatnya kenakalan anak di sekolah ,bisa di katakan,semakin mengindikasikan bahwa,kedaulatan guru terancam runtuh.ada kesan Sekolah bukan lagi tempat belajar,tempat murid mencari ilmu dan mereka harus menghargai,mneghormati keberadaan guru bahkan memperlakukannya sebagai orang tua.apakah karena ada indikasi, Sejak sekolah menjadi industri, sejak pendidikan menjadi bahan komoditas, hubungan guru-murid telah berubah menjadi semacam jual-beli sehingga,betapapun nakalnya si murid, ia harus tetap di pandang sebagai pihak yang punya duit dan,sebagai majikan.Industri telah mengubah perilaku sekolah-sekolah tertentu dan, memakan guru sebagai korban pertamanya.Jika guru kedapatan menjewer kuping murid, kepadanya sudah dituduhkan melakukan tindak aniaya atau rame di perbincangakan guru itu Oknum dan lainnya.di sisi lain tidaklah dulu,di cek kebenaran berita atau fakta yang sesungguhnya.hubungan rumah dan sekolah telah berkembang ke arah tidak saling percaya bahkan,ada kesan,peran serta masyarakat untuk dunia pendidikan telah berkurang.

Seyogyanya, semua pihak mencermati perkembangan jaman dan aneka kendalanya yang kini,virus-virus pendidikan sudah menerobos dunia pendidikan.berimbang dan berfaktalah semua pihak.bila menemukan hal-hal urgen di sekolah.karena tidak di pungkiri dan satu kepastian,di sekolah tempat dasar bermula anak-akan,tahu sesuatu yang sifatnya postip atau negative.apakah kita sebagai orang tua,mau anak-anak kita tahu,yang mestinya tidak perlu tahu dan terjadi di sekolah bahkan mungkin tabubila mereka tahu?...../YH.
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan