KARAWANG,PELITA ON LINE-.

Kemana kita menuju, maka langkah kita sangat dipengaruhi oleh energi yang berperan menguatkan langkah kaki dan kuatnya badan kita, maka asupan pangan yang baik akan mampu membentuk postur kita menjadi lebih baik. Begitupula perjalanan bangsa ini, sangat dipengaruhi oleh ketahanan dan kedaulatan pangannya sehingga menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang “berswasembada” sehingga mampu menjaga warganya dari ketertinggalan dan kekurangan pangan, karena pangan adalah merupakan “senjata” bagi bangsa manapun. Bila pangannya lemah, maka lemah pulalah kehidupan bangsa tersebut dan sebaliknya bila “kuat pangannya” maka akan kuat pula kehidupan bangsa tersebut karena peran pangan sangat vital dalam menentukan langkah dan arah ke depan.

Banyak di antara nama-nama Negara dan peradaban suatu bangsa hancur ataupun tampil menjadi bangsa yang kuat karena peran dan manajemen pangannya. Kita dapat melihat di zaman dulu dan zaman sekarang bila suatu bangsa “terkoyak” kekuatan pangannya maka sudah dapat dipastikan masuk ke dalam kategori mana bangsa tersebut.

Indonesia,sebuah Negara yang besar dengan sumber daya alam yang kaya dan sumber pangan yang besar, maka tak sepantasnyalah kita masuk ke dalam bangsa yang lemah pangannya, karena Indonesia memilik tanah yang begitu subur dan kaya jika dikelola dengan sungguh-sungguh demi kepentingan bersama dan berkelanjutan.

Hal yang sering kita rasakan adalah bagaimana mengelola bidang pertanian menjadi bidang yang mampu diolah menjadi sumber energi yang optimal dalam pemenuhan hajat hidup yang esensial dalam membentuk performa bangsa Indonesia menjadi bangsa berdaulat dalam kehidupan pangan rakyatnya.

Sudah menjadi pemandangan biasa jika dalam kehidupan sehari-hari, petani adalah sumber daya manusia yang tidak dalam posisi baik, tapi keberadaan dan produktivitasnya diharapkan dan dinantikan oleh semua lapisan bangsa di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Tak terkecuali Pemerintah, mereka akan merasa gamang bila situasi keadaan pangan terganggu dengan masalah yang dirasakan oleh petani baik dalam pengadaan sarana produksi pertanian ataupun masalah hasil panen yang cenderung menurun, sedangkan di sisi lain populasi penduduk semakin bertambah. Maka tak ayal lagi dibutuhkan idea-idea cerdas dalam pengelolaan pertanian, dan tidak lagi menjadi sektor yang dianggap “tidak penting” untuk diperhatikan secara serius dan terfokus. Atau sedikit demi sedikit secara perlahan dan tiba-tiba kita mengalami kerawanan sosial karena masalah dalam bidang pertanian akan semakin menjadi bola salju yang membahayakan keberadaan bangsa Indonesia.

Lalu strategi apa yang harus diterapkan, dari mana dan siapa yang akan memulai mengedepankan Program Pembangunan Pertanian yang tepat sasaran dan mampu mengantisipasi kerawanan di masa-masa yang akan datang?.

Jawabannya adalah semua lapisan masyarakat dan pemerintah bertanggungjawab terhadap kemajuan pembangunan pertanian, supaya pertanian mampu menghasilkan produksi yang optimal dan kokoh dalam menyangga sendi-sendi kehidupan bangsa dengan pemenuhan pangan aktual dengan kekuatan pangan yang didukung oleh teknologi pertanian yang baik serta pembangunan infrastruktur yang menunjang produktivitas pertanian.

Dalam satu Kabupaten/Kota area pertanian adalah area yang dominan lebih banyak dibanding area untuk penggunaan lain di luar pertanian. Rata-rata diatas 50.000 hektar per Kabupaten, hal ini sebagai potensi sumber pertanian yang luar biasa besar jumlahnya dibanding dengan Negara-negara tetangga.

Tata kelola pertanian sebenarnya akan mempengaruhi hasil pertanian dan secara otomatis memberikan dampak positif bagi ketahanan pangan bangsa ini. Dimulai dengan pembangunan infrastruktur pertanian, sumber daya manusia, teknologi pertanian, dan organisasi pertanian yang efektif, maka akan menghasilkan output yang maksimal jika benar-benar dijalankan dengan sungguh-sungguh dan ada kemauan politik bersama dari mulai birokrat, pengusaha, dan masyarakat umumnya.


Kemungkinan penggunaan lahan tidur dan lahan produktif dijadikan sebagai contoh Pembangunan Kawasan Pertanian Terpadu sudah saatnya dilaksanakan dengan kesungguhan hati dari pemegang kebijakan dan pelaksana pertanian sehingga menghasilkan produk unggulan dan produk massal yang mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk atau masyarakat di masa kini dan masa hadapan.

Kita melihat bagaimana kesungguhan pemerintah dalam membuat kebijakan dalam sektor industri dan pembangunan Kawasan Industri menjadi anak emas yang selalu didukung kelancaran dan fasilitas pembangunannya, walaupun pada akhirnya kawasan industri tersebut hanya tinggal nama karena mengalami kekalahan dalam bersaing dalam arus globalisasi, bahkan terseret dalam krisis ekonomi global. Hal ini terjadi karena orientasi kita dipaksa untuk memenuhi kebutuhan luar yang harus padat teknologi dalam persaingan dengan harga rendah kita tidak sanggup bersaing dengan negara-negara lain yang lebih maju teknologinya. Bila dibandingkan kebutuhan dalam negeri seperti pembangunan Kawasan Pertanian Terpadu yang menghasilkan produk pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri sebenarnya mampu bertahan jika pembangunan Kawasan Pertanian Terpadu dilakukan, maka carut marut pengelolaan pangan dan sumber lahan pekerjaan akan selalu tersedia dengan pola Integrated.

Kawasan Pertanian Terpadu merupakan Grand Design yang akan terwujud jika pemerintah dan masyarakat benar-benar membangun sense of urgency terhadap pertanian yang tangguh untuk pemenuhan pangan aktual bangsa.

Bukan hanya berkutat pada keterbatasan penggarap dan beban hidup buruh tani, harga gabah, pupuk, dan harga beras tapi lebih merupakan keterpaduan manajemen untuk membangun sebuah area pertanian yang paripurna dalam konsep dan pelaksanaannya. Petani dan Pertanian adalah sumber daya manusia dan sumber penghidupan bangsa yang perlu dikelola dengan professional dan direncanakan tanpa mempermasalahkan kendala keuangan, karena pertanian adalah sumber vital nadi kehidupan bangsa maka skala prioritasnya adalah utama.

Dalam Kawasan Pertanian Terpadu sepantasnya terdapat lembaga pendidikan, institusi penelitian dan pengembangan, lahan khusus kawasan dan lahan umum penduduk sebagai anggota plasma dalam sebuah konsorsium pertanian, pabrik, perumahan petani, dan pembangunan fasilitas penunjang untuk Kawasan Pertanian Terpadu.

Kegiatan Pertanian yang dilakukan secara terpadu akan menghasilkan konsep “Zero Waste”, karena limbah peternakan bisa dikelola menjadi penunjang pertanian, hasil pertanian bisa diolah untuk pakan ternak, dan ikan, serta limbah pabrik beras (sekam) bisa menjadi bio gas dan olahan produk pertanian, peternakan, perikanan akan menjadi industri yang mampu mendatangkan hasil yang tinggi bagi pendapatan masyarakat dan daerah tersebut.

Asupan gizi yang baik untuk generasi muda terutama anak usia belajar 0-17 tahun berasal dari produk pertanian sebagai sumber protein, karbohidrat, vitamin, mineral, dan susu. Maka penyediaan pangan yang baik dalam suatu daerah akan menentukan kualitas masyarakat.

Bila pemerintah dan para wakil rakyat kita memahami pentingnya pembangunan Kawasan Pertanian Terpadu di setiap Kabupaten atau Kecamatan di seluruh Indonesia, maka kita akan merasa aman dalam penyediaan pangan masyarakat saat ini dan di masa depan. Semua tergantung kemauan kita membangun sumber daya manusia dalam masyarakat pertanian dengan ditunjang oleh pengkajian teknologi pertanian dan organisasi pertanian yang kuat.

Lembaga Pendidikan Pertanian Terpadu akan menghasilkan SDM yang terbaik yang mampu memberikan kontribusi kepada negara di bidang pertanian, karena peserta didik akan “bertungkus lumus” dengan optimalisasi ilmu pertanian yang aplikatif. Designnya tergantung seberapa besar keinginan bangsa ini memajukan dan menguatkan pemenuhan pangan aktualnya, sehingga sense of belonging terhadap kekayaan bangsa agraris kita selalu terjaga dengan baik.

Dalam budidaya tanaman pangan, harga jual gabah selalu menjadi masalah dalam pertanian karena untuk mengejar harga pokok penjualan petani selalu dihadapkan pada kenaikan biaya operasional, maka peran pemerintah dalam menentukan harga beli yang pantas sangat diperlukan, hal ini bisa diantisipasi jika roda ekonomi pertanian yang terorganisir dengan baik dalam sebuah Kawasan Pertanian Terpadu sudah berjalan baik, segala permasalahan pasca panen dapat teratasi.

Pada saat ini kita bisa melihat bagaimana peran Bulog belum bisa menyentuh akar permasalahan di pertanian karena Bulog hanya menangani pembelian dengan harga terendah di petani. Hal ini karena Bulog tidak bisa berkreasi lagi dalam pemberdayaan petani, sehingga tidak ada yang memperhatikan bagaimana beban atau potensi yang dimiliki petani secara umum.

Tulisan di atas hanyalah beberapa bagian yang terjadi pada kegiatan pertanian, namun pada kenyataannya diperlukan sebuah gerakan membangun tata kelola pertanian yang terpadu dengan melakukan kebijakan-kebijakan terarah dan terencana, dimulai dari sekarang tanpa ada kata terlambat, penulis meyakini bahwa harapan ke depan dalam dunia pertanian akan semakin berkembang dan terbangun potensi sehingga mampu memperkuat kedaulatan pangan secara aktual.

Sensus Penduduk baru berlangsung pada awal Mei tahun 2010. Tapi, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 231 juta orang, atau naik 29 juta orang ketimbang hasil pendataan Sensus Penduduk 2000 lalu yang tercatat sebanyak 202 juta orang

Menurut data BPS, jumlah petani mencapai 44 persen dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 46,7 juta jiwa. Lebih dari separuhnya merupakan petani gurem dan buruh tani dengan kepemilikan lahan dibawah 0,5 hektar atau mencapai 38 juta keluarga tani.

Petani dan Keluarganya merupakan angkatan kerja dengan jumlah yang sangat besar sudah sepantasnya pemimpin di Negeri ini melakukan "lompatan besar" dalam Program Pertaniannya yang lebih mengarah pada peningkatan SDM.

Banyak perusahaan-perusahaan besar yang menyisihkan laba usahanya untuk pembangunan di bidang pertanian, tapi belum bisa dirasakan memberikan perubahan besar dan berarti karena pelaksanaan yang belum tepat sasaran. Hal ini karena tingkat keseriusan dan fokus pada peningkatan kesejahteraan pertanian selalu dihadapkan pada kendala di lapangan sehingga Program kepada Petani selalu terputus atau tidak berkelanjutan.

Saat ini fungsi kelompok tani hanya sebuah simbol tanpa ada kekuatan dalam pengembangan SDM petani ke arah yang lebih baik. Organisasi petani selalu dibiarkan berjalan apa adanya tanpa ada pengelolaan yang mengarah pada penguatan Lembaga supaya semakin besar dan memberi kontribusi pada anggotanya.

Sekuat apapun jika Pemerintah dan Swasta besar tidak melirik kepada Pertanian yang di dalamnya banyak terdapat angkatan kerja produktif maka pertanian akan berjalan terseret tanpa arah yang jelas ke depannya. Bila ini berjalan terus dari tahun ke tahun maka negara akan menghadapi masalah yang besar terutama dalam pengadaan pangan (beras) terlebih lahan-lahan pertanian bergeser fungsi dan SDM tidak lagi tertarik dengan usaha di bidang pertanian.

Maka dalam pelaksanaannya Pemerintah harus segera tanggap terhadap manajemen pertanian dengan melibatkan pihak swasta yang punya visi mengangkat kesejahteraan rakyat melalui pertanian.
Usaha di pertanian tidak akan bisa berjalan dan menguntungkan bila petani-petani kita tidak diarahkan secara terpadu.

Pemikiran yang sangat "berilusi" ketika kita berharap petani penggarap diberikan insentif langsung tanpa memikirkan lagi bagaimana nasib hasil panen mereka, nasib pendapatan mereka setiap hari atau setiap bulannya. Yang diperlukan petani adalah totalitas kerja mereka kepada lahan garapannya. Karena umumnya pegiat pertanian hanya mengandalkan satu jenis usaha hanya sebagai "Buruh Tani".
Profesi mereka tanpa jaminan asuransi, tanpa jaminan bonus atas keberhasilnnya, dan segala jenis apresiasi terhadap petani sama sekali tidak ada. Maka bila pihak swasta yang sudah mengecap kesuksesan dan kejayaan usahanya semestinya mereka punya rasa kepedulian untuk membangun pertanian menjadi profesi yang membanggakan dan dinantikan oleh anggota masyarakat Indonesia.

Bagaiman caranya supaya pertanian bisa dibangun sebagai sektor yang potensinya besar?

Organisasi Pertanian yang mampu melakukan kegiatan secara terpadu dalam kawasan pertanian di dalamnya terdapat Lembaga Pendidikan untuk Pengembangan SDM, Pabrik, baik yang mengolah hasil pertanian maupun yang mengolah produk sampingan hasil pertanian, Akses Pasar, Pembelian Hasil Panen, Pembiayaan Pertanian dan sebagainyal.

Kita tetap mengapresiasi pekerjaan BULOG tapi dalam pelaksanaannya Badan tersebut hanya dalam pengumpulan Bahan dan Hasil Pertanian saja (beras) tanpa ada goals lain untuk lebih mengembangkan usaha pertanian supaya berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga petani.

Kita melihat dengan jelas bagaimana pengusaha terkaya di Indonesia adalah hasil dari jerih payah petani dan buruh tani serta buruh pabrik seperti pabrik rokok, kelapa sawit, karet, kakao, tanaman pangan dan sebagainya. Pertanyaannya adalah "sudahkah diperhatikan supaya keluarga petani kita juga sama semakin sejahtera, dengan membangun konsorsium pertanian yang melibatkan keluarga petani?"....Jawabannya kita sudah tahu.

Produk pertanian sangat tidak pasti ketika ditangani oleh individu, contoh pada petani tanaman pangan, petani-petani kaya nya menjual gabah sendiri-sendiri harga fluktuatif, Petani Kaya masih tetap merasakan hasilnya yang besar, lalu bagaimana nasib buruh tani? Mereka bekerja hanya untuk hari ini. Jadi sangat penting jika mereka merasa punya harapan ada perbaikan nasib dengan terlibatnya pengusaha swasta besar dalam membantu kehidupan buruh tani. Kemudian pihak swasta besarpun dengan mudah mendapatkan bahan yang bisa dijual di Super Market punyanya sendiri tanpa harus menekan harga petani. Lalu bisakah petani merasakan keuntungan usaha Swasta besar tersebut? Jawabannya Bisa, jika ada kemauan serius Pihak Pemerintah dan Swasta Kaya untuk lebih peduli dan berbagi. Jika mereka takut dengan usaha sebelumnya dirongrong oleh keluarga petani, maka dibuatlah Lembaga Usaha tersendiri, tapi dengan akses yang tetap mudah untuk dijadikan rekanan bagi usaha besarnya.

Kewajiban menyisihkan laba bagi perusahaan besar untuk kelurga petani bukan sekedar bantuan langsung tunai tapi Laba tersebut adalah untuk pengembangan Badan Usaha Milik Petani dengan pengelolaan yang profesional. Banyak diantara kita mengetahui bagaimana Carefour bisa besar penjualannya, adalah karena Carefour mempunyai jaringan pemasarannya. Begitupula Supermarket-Supermarket lain juga sama besarnya dengan hasil yang sangat fantastis. Mereka para pengusaha sudah sepantasnya turun ke lapangan bersama pemerintah membangun SDM keluarga pertanian supaya mereka tidak menjadi bom waktu, tapi menjadi potensi asset yang luar biasa dalam merubah wajah negeri ini menjadi lebih baik kualitas penduduknya, dengan tidak merasa bangga menempelkan tulisan "warga miskin" di setiap rumah petani di seluruh Indonesia.

Siapa yang akan memulai prototype Perusahaan yang memperhatikan masa depan keluarga petani berarti mereka akan memperhatikan masa depan bangsa ini.Salam Keluarga Petani Karawang./DARI CATATAN FB KARAWANG ARGOVISION/
Red.