Dari 7 juta wisman yang berkunjung ke Indonesia pada 2010,1,2 juta di antaranya datang ke Jawa Barat untuk belanja,menikmati kuliner, dan menikmati petualangan wisata lainnya.

Seperti yang disampaikan Sekretaris Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) Winarno Sudjas beberapa waktu lalu,bahwa Bandung memiliki ”belanga madu”atau daya tarik wisata. Selain keindahan alam, kota yang dikenal dengan sebutan Paris Van Java ini memiliki magnet lain yaitu semakin lengkapnya variasi kuliner dan koleksi fesyen.Tentu tidak mudah membangun potensi-potensi wisata tersebut tanpa perjuangan keras orang-orang yang berkecimpung di dalamnya.

Satu dari sekian banyak pembangun wisata di Bandung ini adalah Henry Husada.Lelaki kelahiran Bandung, 22 April 1963 ini kini tengah konsen mengembangkan 19 factory outlet (FO) dan enam hotel di Bandung yang dikelolanya. Bukan hal yang mudah bagi seorang Henry hingga mampu membangun perangkat-perangkat pendukung kepariwisataan tersebut. Jujur, kosisten, dan terencana adalah kunci jawaban bagi dirinya hingga mampu menjalani proses keberhasilannya menjalankan wahana wisata yang membuat para wisatawan asing termasuk domestik tergiur untuk menikmati belanga madu di kota kembang ini.

Dalam membangun bisnis, salah satu prinsip yang diterapkannya adalah community based tourism, di mana semua pihak dilibatkan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas atau fungsinya.Kontribusi tersebut telah menjadikan Bandung sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia yang memiliki unsur Sapta Pesona(aman,tertib,bersih, sejuk, indah, ramah tamah, dan kenangan). Bagaimana keseriusan Henry Husada dalam membantu Pemerintah Kota Bandung mengembangkan pariwisata, umumnya di Jawa Barat? Berikut petikan wawancara wartawan Seputar Indonesia bersama Henry Husada di Hotel The Jarrdin di Jalan Kebon Jati Kota Bandung,baru-baru ini.

Mengapa Anda memfokuskan usaha di bidang kepariwisataan?

Karena saya melihat kepariwisataan ini memliliki multiplier effect yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat hingga ke tingkat bawah. Sebagai contoh, ketika seorang turis menginjakkan kakinya di Bandung, berapa banyak orang yang merasakan keuntungan dari turis ini. Dari mulai sopir taksi, pedagang batagor umpamanya, hingga pedagang-pedagang pakaian dan UKM,semua akan merasakan secara langsung keuntungannya. Ini berarti geliat ekonomi masyarakat akan terus berkesinambungan. Belum lagi penyerapan tenaga kerja, Kagum Group sendiri telah mempekerjakan sedikitnya 5.000 karyawan, belum hotel,restoran atau jenis usaha lain.Bagi saya,turis itu bisa membawa kemakmuran untuk semua orang.

Apa yang menjadi titik awal langkah Anda dalam menggeluti dunia usaha?

Tidak serta merta saya memiliki hotel dan FO seperti sekarang ini.Saya mengawali usaha dengan bangunan toko seluas 5 X 8 meter persegi di Jalan Cihampelas pada tahun 1986 lalu, yang dinamai ”Korek Api Jeans”. Di sanalah awal perjalanan usaha saya hingga kawasan ini menjadi ikon Bandung dengan fashion jins. Kenapa dinamai Korek Api,karena bagi saya ini merupakan filosofi di mana korek api itu walaupun bentuknya kecil, tetapi dibutuhkan oleh setiap orang.

Kenapa Anda memilih bisnis FO, properti, hotel untuk menunjang kepariwisataan tersebut?

Ada satu hal yang selalu menggelitik pikiran saya,mengapa orang Belanda memberi julukan Paris Van Java ke Bandung ini. Ada apa sebenarnya. Nah, kemudian saya mencoba merealisasikan julukan ini melalui sebuah pekerjaan yang nyata, di mana fesyen di Bandung harus terus berkembang. Saya yakin, melalui FO yang kami bangun dengan memberdayakan produk lokal, maka Bandung tidak akan terhapus dari ikon tersebut sebagaimana halnya Kota Paris yang menjadi acuan model busana dunia. Sementara properti dan hotel,ini merupakan penunjang untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah ini.

Apa yang membuat Anda terdorong untuk berkecimpung di bisnis penerbangan?

Ini merupakan salah satu realisasi dari prospek bisnis terpadu. Bagaimana wisatawan mancanegara mau berkunjung ke Bandung, jika alat transportasinya tidak ada.Dengan dibukanya penerbangan langsung dari Malaysia dan Singapura, ribuan wisatawan dari kedua negara tersebut datang ke Bandung setiap minggunya.Sambil menunggu proses izin penerbangan untuk Heritage Air yang kami kelola, 16 Agustus mendatang kami akan membuka kembali maskapai penerbangan Fire Fly dari Johor,Malaysia, ke Bandung sebanyak tiga kali dalam seminggu.

Baru-baru ini Kagum Group telah menandatangani MoU dengan Fakultas Ekonomi Unpad. Kesepakatan apa yang dijalin dengan perguruan tinggi ini?

Materi MoU meliputi ketersediaan Kagum Group untuk membuka kesempatan sebagai wahana pelatihan atau belajar kewirausahaan bagi para dosen atau mahasiswa Fakultas Ekonomi Unpad. Mereka bisa melatih, mengembangkan, serta mengaplikasikan ilmu pegetahuannya di setiap objek bisnis milik Kagum Group.

Bagaimana Anda merencanakan keberlangsungan usaha agar tetap dirasakan manfaatnya oleh semua kalangan?

Bagi saya keluarga itu penting, karena merekalah yang menjadi tulang punggung Kagum Group ini. Maka saya menanamkan kepercayaan kepada anak-anak saya,Rena Luciani Husada dan Resti Stephanie Husada,untuk mengelola beberapa unit usaha Kagum Group. Namun, apa yang mereka pegang disesuaikan dengan minat mereka sendiri karena bisnis itu kan harus diawali dari hobi atau kesenangan. Saya pun membangun keberlangsungan ini dengan melakukan pembinaan terhadap seluruh tenaga kerja di tubuh perusahaan. Komunikasi aktif,keterbukaan dan kedisiplinan selalu saya terapkan terhadap para karyawan,karena bagi saya tidak mungkin bisa berdiri tanpa dukungan para karyawan ini.

Apa moto hidup Anda?

Motto hidup saya adalah hidup itu indah, di manapun kita berkarya harus bermanfaat bagi orang banyak.

Apa harapan Anda ke depan?

Saya hanya berdoa, berupaya dan bekerja agar Bandung semakin menjadi kota yang indah, nyaman, dan tak terlupakan untuk wisatawan, baik mancanegara maupun domestik. Dan Bandung ini harus menjadi kota kenangan agar suatu ketika mereka berkeinginan kembali untuk mengunjungi kota ini. atep abdillah kurniawan.

 Sumber Berita:SINDO


Kemenag Bakal Periksa Al Zaytun Terkait NII KW9

Jakarta--Pemerintah mengaku tidak tinggal diam dengan kecurigaan publik terhadap keterkaitan Pondok Pesantren Al Zaytun dengan NII KW9. Lembaga pendidikan...