Karawang-.Adanya gerakan Save Golkar di Jawa Barat dan menjadi viral didunia maya harus menjadi perhatian serius pencinta dan simpastisan partai berlambang beringin utama oleh pengurus dari desa sampai pusat.Pasalnya,makna save bisa dijabarkan berbagai makna atau tanda-tanda lain karena nuansanya sangat politis dan sarat kepentingan ,ungkap Permana,di Karawang.(27/9).

Baru kali ini terjadi gejolak dalam internal PG sangat dahsyat karena di periode-periode sebelumnya di Jawa Barat belum ada separah sekarang walau pun ada kebijakan partai yang kurang menguntungkan atau pun tak searah antara pusat dan daerah,ucap pengamat Sosial Politik muda Karawang ini.


Tahun politik sudah dimulai dan perang strategi jelang Pilgub Jabar bisa dibilang star lebih awal.Keputusan DPP PG yang akan memberikan dukungan atau usungan untuk kadernya Dedi Mulyadi atau Danel yang katanya akan berpasangan dengan Ridwan Kamil,adalah keputusan berat dan harus siap menanggung akibat dari ketidakpuasan dari salah satu kubu pada akhirnya yakni dari kubu Dedi atau Daneil.Karena bila Dedi dijagokan belum tentu Daniel dijadikan wakilnya namun sebaliknya bila RK diusung dipastikan Daniel wakilnya selanjutnya Dedi harus bersifat pasrah keputusan DPP.

Terlebih saat ini,perpecahan ditubuh Golkar Jabar sudah tak bisa dihindari.Bukan saja bakal ada persiangan tidak sehat antara kubu Dedi dan Daneil kedepan namun posisi Dedi Mulyadi sebagai Ketua DPD I PG Jabar pun akan memberi pengaruh negative dibawah.Misal ada sebuah Kabupaten /Kota sama akan menjalankan Pilkada didaerahnya di tahun 2018 dan keputusan DPP kemudian usung calon A lalu DPD I Jabar diwajibkan tindaklanjutinya sedangkan suara bawah berbeda dengan pusat.Nah,kondisi ini pun akan merusak dukungan dari bawah pada wilayah itu kepada Dedi Mulyadi,jelas Permana.

Kondisi internal Golkar khususnya di Jawa Barat kini sudah memasuki fase akhir perpecahan dan sulit ditambal.Keputusan DPP PG bila memberikan rekom untuk RK -Daneil atau Dedi Mulyadi dengan wakil dari PDI Perjuangan bisa dinilai dalam posisi sama.Karena diberikannya kepada Dedi atau RK untuk rekom kedepan diduga kuat tak bisa mempersatukan suara Golkar yang kadung sudah terpecah dan kemungkinan besar pula yang menerima rekom Golkar belum tentu bisa menang karena terjadinya perpecahan internal,duga dari Permana.


Satu lagi yang sangat menyulitkan Golkar meredam perpecahan di Jawa Barat yakni kondisi Ketua DPP yang sakit dan posisinya sebagai tersangka oleh KPK."Ya seyogyanya pihak Dedi bisa menahan diri untuk sementara tidak menyoal surat keputusan bodong atau mendesak DPP mengeluarkan rekom untuk ketua DPD I Jabar karena Setnov sedang sakit disisi lain semua membutuhkan proses dan waktu serta wajib ditempuhnya mekanisme yang berlaku di golkar dalam menentukan siapa jadi usungan.".

Kehadiran Golkar sejak lama di Jawa Barat adalah barometer nasional dan kondisi kekinian pun tak jauh berbeda dengan nasional,sambung Permana."Bukan tidak mungkin terjadinya peristiwa Golkar Jabar adalah tanda-tanda alam untuk Golkar kedepan makin terpuruk".Pungkas dia.