Pengamat sepak bola Indonesia, Estu Santoso, menilai konflik antara PSSI dengan pelatih Shin Tae-yong tidak mengejutkan. Menurutnya, PSSI kurang transparan ketika menunjuk Shin sebagai pelatih maupun program yang diusung.

Konflik bermula ketika Shin Tae-yong mengkritik PSSI akibat perubahan program yang sudah disepakati. Sebelumnya, Shin menilai PSSI mencanangkan target tidak realistis dengan menuntut timnas senior menjadi juara Piala AFF 2020, padahal road map yang dibuat Shin baru menargetkan timnas senior menjadi juara pada 2022 mendatang.

"Bukan masalah target berubah atau apa ya, dari kedatangan Shin Tae-yong pertama kali ke Indonesia, PSSI gak pernah transparan. 19 November (2019) pertemuan (Eks Sekjen PSSI, Ratu) Tisha dengan Shin Tae-yong tak pernah ada transparansi," kata Estu ketika dihubungi medcom.id pada Sabtu, 20 Juni, sore.


"Masalah ini kan mengulang-ulang aja, ketika pemimpin ganti, program juga ganti semua. Itu jadi persoalan mendasar dan itu tak pernah dibahas," jelasnya.
 
"Shin Tae-yon kan setuju kontrak empat tahun untuk bikin road map kan rencananya. Apakah road map itu sudah dibikin bersama? Kalau target kan semua orang bisa, tapi yang penting adalah road map. Road map itu sampai sekarang gak ada atau belum pernah diomongin," pungkasnya.**medcom