Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jejen Musfah merespons positif Program Organisasi Penggerak (POP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Menurut dia, POP bakal efektif dalam membangun pendidikan.

"PGRI sudah, dan akan berusaha melakukan pelatihan-pelatihan guru sesuai perkembangan Iptek (Ilmu Pengetahun dan Teknologi) dan perubahan masyarakat," kata Jejen melalui keterangan tertulis.

Menurutnya, POP menjadi satu wadah pemerintah dan masyarakat dalam peningkatan mutu guru secara bersama-sama. Pelatihan merupakan media belajar dan peningkatan kompetensi guru.

"Guru yang kompeten akan melahirkan siswa yang kompeten. Jadi, guru merupakan kunci pembentukan generasi bangsa berkualitas dan kreatif," ujarnya.

Menutur Jejen, mutu pendidikan saat ini masih rendah. Meskipun, secara individu dan sekolah-sekolah tertentu banyak meraih prestasi internasional. Faktor utamanya, kata dia, lemahnya guru dari sisi kompetensi dan kesejahteraan.

"Di sinilah pentingnya POP dengan pelibatan organisasi masyarakat sebagai pelaksana di mana guru diberi kesempatan belajar hal baru terkait literasi, numerasi, dan karakter," ujar Jejen.

Sebanyak 156 organisasi masyarakat (ormas) dinyatakan lolos dalam Program Organisasi Penggerak (POP) besutan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Adapun anggaran untuk 156 ormas itu sebesar Rp595 miliar.

Organisasi yang terpilih dibagi dalam tiga kategori. Diantaranya yakni Gajah, Macan, dan Kijang. Untuk Gajah dialokasikan anggaran sebesar maksimal Rp20 miliarper tahun, Macan Rp5 miliar per tahun, dan Kijang Rp1 miliar per tahun.

Belakangan, program yang diluncurkan pada Maret 2020 ini menjadi sorotan. Musababnya, lembaga pendidikan dua ormas besar, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, mundur dari program tersebut. Kedua lembaga ini menilai kriteria Organisasi Penggerak tidak jelas, dan ada ormas yang tidak kompeten lolos.**