Pariwisata lesu diterjang badai Corona yang mengakibatkan omset turun drastis bahkan tidak sedikit yang gulung tikar. Maka demi mendongkrak pariwisata kembali maju pemerintah terus berupaya mencari solusinya. Diantara solusi tersebut yaitu dengan melakukan sertifikasi CHSE (Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan).

Yuyun Suminah, A. Md


Program tersebut menjadi solusi dari kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif. Di Jawa Barat sendiri lebih dari 700 tempat wisata sudah tersertifikasi. Sebanyak 798 titik arena atraksi pariwisata seperti hotel, restoran, dan jasa transportasi di Jawa Barat telah mengantongi sertifikasi CHSE. (Pikiranrakyat, 22/04/21).

Dengan sertifikat tersebut memberikan jaminan kepada calon wisatawan agar tidak ragu untuk berwisata lokal di Jabar karena terjamin kebersihan, kesehatan, keamanan dan keramahan lingkungannya. Selain itu edukasi dan protokol kesehatan ikut diketatkan. Sehingga pengunjung bisa menikmati liburan tanpa khawatir terpapar virus Corona.

Walaupun tempat pariwisata mendapat sertifikasi CHSE, namun sepertinya belum bisa menjamin tempat wisata benar-benar aman sepenuhnya apalagi di masa pandemi Covid-19. Karena akan ada kerumunan orang, belum lagi ketika tempat wisata mengalami lonjakan pengunjung akan seperti apa pembatasan sosial yang sesuai dengan prokesnya (protokol kesehatan). Besar kemungkinan tidak akan efektif dan efisien.

Menyoal adanya sertifikasi CHSE ini, disinyalir hanya untuk meyakinkan masyarakat bahwa berwisata ke tempat-tempat tersebut aman dengan menjalankan prosedur yang telah ditentukan. Hingga akan bisa menarik minat masyarakat untuk berwisata. Hal ini adalah solusi yang ditempuh oleh pemerintah, adapun targetnya adalah pertumbuhan ekonomi melalui pariwisata. Mengingat sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang devisa negara.

Namun, kebijakan tersebut kurang tepat mengingat masih dalam kondisi pandemi. Alih-alih akan menumbuhkan ekonomi justru dengan dibukanya pariwisata dapat meningkatkan penularan virus Covid-19. Di sinilah masifnya liberalisasi life style juga kultur, sejatinya pariwisata bukan main source untuk pertumbuhan ekonomi. Karena Jawa barat khususnya memiliki kekayaan alam yang luar biasa seperti pertaniannya, perkebunan, barang tambang, dan yang lainnya. Itu semua bisa dikelola untuk memulihkan ekonomi.

Sedangkan pariwisata yang infrastukturnya pun dibangun dengan investasi pada akhirnya hanya akan menguntungkan para pemodal. Terlebih dengan kebijakan sertifikasi CHSE tersebut, maka para pemilik modal akan berlomba-lomba mengikuti arahan dari pemerintah demi bangkitnya kembali bisnis mereka.

Sedangkan pebisnis lokal hanya sebagai pelaku usaha kecil yang terkendala dengan modal dan akhirnya tergerus oleh pengusaha besar.  

Berbeda dengan sistem Islam menempatkan posisi pariwisata sebagai sarana dakwah, merenung betapa Allah SWT sudah memberikan kenikmatan Alam yang indah dan perlu kita jaga dan syukuri. Bukan dijadikan tumpuan bangkitnya ekonomi sehingga adanya sertifikasi tersebut demi menyelamatkan ekonomi semata.

Bagi umat Islam menikmati keindahan alam seperti pegunungan, lautan dan lain-lain akan menjadikan keimanannya semakin kuat karena tidak mungkin alam yang indah ini ada kecuali ada yang menciptakannya. Begitu juga ketika nonmuslim menikmati keindahan alam akan menjadi sarana syiar dakwah.

Sedangkan untuk membangkitkan ekonomi karena pandemi Islam punya solusi yang pernah dilakukan oleh kepemimpinan Umar Bin Khatab yaitu menggunakan ekonomi berbasis baitulmal. Dalam konsep baitulmal mempunyai pemasukan diantaranya sumber daya alam. Yang akan dikelola oleh negara. Karena negara punya tanggungjawab dalam mensejahterakan rakyatnya.

“Imam/pemimpin (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).Dari konsep baitulmal tersebutlah bisa menyelesaikan masalah ekonomi sesuai syariat. Sehingga untuk memulihkan ekonomi tidak menjadikan sektor pariwisata. Namun, cukup dengan menerapkan syariat Islam secara Kaffah oleh negara. 

Karena sudah terbukti dalam sejarah bahwa Islam pernah berjaya selama 13 abad lamanya dalam mengatur kehidupan termasuk dalam hal memperbaiki ekonomi disaat pandemi. Wallahualam

Karya : Yuyun Suminah, A. Md
 *_ Guru di Karawang