Nasib petani di Karawang seolah luput dari perhatian. Selain di uji Pandemi Covid_19, para petani Karawang terus mengeluhkan harga gabah yang melorot dibawah Harga Pokok Pemerintah (HPP) selama hampir 2 pekan terakhir. Parahnya, ditengah keluhan harga gabah yang di banderol rendah, serapan gabah Bulog dan solusi konkrit stabilisasi harganya, juga tak pernah nampak kebijakan nyata dari Pemkab Karawang.

Di sisi lain, biaya produksi dengan seringnya kelangkaan pupuk dan patokan harga yang mahal, dianggap tidak sebanding dengan harga jual gabah yang semakin hari semakin menyentuh Rp3 ribu per GKP.

Foto Ilustrasi

"Produksi mah bagus, satu hektar sampai 6 - 7 ton, kualitas gabah juga juga bagus dan hanya sedikit basah karena diguyur hujan beberapa hari ini. Tapi kenapa, semua tangkulak dan pasar membanderol harga Rp3,5 ribu per GKP, dari yang harapkan minimal Rp4,2 ribu per GKP. Mana solusi Bulog dan Pemkab Karawang mengatasi harga agar kembali stabil? Jujur kami selama ini belum merasakan sentuhan kebijakan itu, " Kata Petani di perbatasan Lemahmukti - Purwajaya Kecamatan Tempuran, Jajang (40) kepada pelitakarawang.com, Jumat (25/6).

Buruh tani sebutnya seperti perahan, di satu sisi terus di dorong memenuhi target produksi, disisi lain harga yang didapat selalu saja rendah. Maka wajar, jika sejumlah lahan pesawahan di hulu semakin mengikis dan memilih di jual untuk kepentingan perumahan dan rumah makan, karena memang jengah setiap kali panen harganya rendah. "Mending di musim gadu agak rendah juga, ini mah musim rendeng yang kualitas gabah dan produksi bagus juga dihargai rendah, " Katanya.

Ardi, Sekretaris Desa Karyamukti mengungkapkan, harga gabah ibarat jatuh ketiban tangga bagi dirinya yang juga petani. Sebab, sudah harganya rendah diangka Rp3,5 ribuan, para oknum tangkulak juga tidak langsung membayar kontan, karena di hutang sampai tempo waktu nyaris sebulanan. Disisi lain, peran serta Bulog menyerap gabah petani yang anjlok di bawah HPP, sangat tidak dirasakan masyarakat Karawang selama ini. "Sudah harganya Rp3,5 ribu per GKP, di hutang pula sebulan. Eh lahan sawah sudah basah lagi, kami pinjam kemana lagi untuk modal biaya produksi, " Keluhnya geram

Senada di katakan Kades Rawagempol Wetan Kecanatan Cilamaya Wetan, di lahan sawah tempat lahirnya varietas muncul Cilamaya ini, petaninya tak lepas dari keluhan harga yang memang rendah. Dirinya sebut Udin, menerima keluhan bahwa harga gabah dibawah Rp4,0 ribu perkilogram, sementara harga "jasa" prasarana pertanian semisal alat rontok padi dan conbine melambung tinggi. Artinya, ini tidak seimbang antara pengeluaran petani dengan pemdapatan karena harga yang murah. "Kita itu punya Bulog, konon fungsinya menstabilkan harga. Eh ini mah ketika harga gabah melonjak, Bulog cepat operasi pasar, tapi ketika gabah anjlok, seolah tak peduli, " Keluh petani yang di sampaikan Udin.

Kepala Dinas Pertanian Karawang, Ir Hanafi Chaniago berkilah, bahwa tugas Dinas pertanian hanya bagaimana meningkatkan produksi dan kualitas produksi. Kemudian, masalah harga mungkin bisa berkoirdinasi dengan dinas lain seperti Disperindag dan Bulog Karawang. "Tugas distan hanya bagaimana meningkatkan produksi dsn kualitas produksi, " Tulisnya via WhatsApp.

Sementara Wakil Kepala Bulog Sub Divre Karawang Bekasi, Satrio saat di konfirmasi kaitan harga gabah dan upaya serapan bulog menstabilkan harga di Karawang, sampai berita ini ditulis yang bersangkutan belum memberi keterangan. Begitupun saat hendak mengkonfirmasi Kepala Disperindag Karawang, H Suroto, sampai berita ini di tulis, Mantan Kepala Disnakertrans itu, belum memberikan balasan. (Rd)