Para pemotor yang beli Pertalite harus rela antre hingga mengular tumpah ke jalan hanya gara-gara aplikasi MyPertamina.

Selain naik harganya, pembatasan pembelian Pertalite juga masih diberlakukan hingga saat ini.

Adapun wujud dari pembatasan pembelian Pertalite yakni para konsumen wajib daftar dan memiliki aplikasi MyPertamina.

Jika tidak terdaftar atau tidak memiliki aplikasi MyPertamina, maka tidak bisa membeli BBM bersubsidi salah satunya yakni Pertalite.

Meski begitu, penggunaan aplikasi MyPertamina justru menimbulkan masalah baru di lapangan.

Salah satunya yakni menjadi penyebab antrean panjang yang mengular hingga tak sedikit tumpah ke jalan.

Salah satunya di SPBU Kota Bogor.

Antrean panjang pembelian Pertalite menimbulkan keluhan di masyarakat.

Adapun penyebabnya yakni penggunaan QR code di aplikasi Mypertamina.

Permasalahan tersebut pun ditanggapi oleh Ketua DPC Hiswana Migas Kota Bogor, Cecep Fazar.

Dalam hal ini, pihaknya berjanji akan melakukan evaluasi dan pembenahan.

"Mungkin nanti dari pengelola SPBU akan menambah flow untuk antriannya," ujarnya kepada wartawan.

Menurutnya, keluhan yang disampaikan masyarakat terkait dengan antrean panjang yang terjadi di SPBU akan ditampung untuk disampaikan kepada masing-masing pengelola.

"Karena memang saat kenaikan harga BBM ditambah ada sistem barcode baru, jadi (masyarakat) ada yang belum paham," ucapnya.

Namun ke depannya, kondisi antrean yang menjadi keluhan para pengguna BBM Pertamina tersebut akan dibenahi agar tak terjadi penumpukan.

"Ke depan Insya Allah akan lancar, (karena sekarang) belum merata saja," ujarnya.

Cecep melihat pengguanaan aplikasi MyPertamina jadi terhambat lantaran masyarakat yang masih belum melek tekonologi.

Sehingga menurutnya berbagai hambatan teknis selalu terjadi di lapangan.

"Makanya di SPBU ada semacam helpdesk untuk masyarakat yang tidak menggunakan smartphone dan lainnya, bisa tetap terlayani," paparnya.

Meski menimbulkan masalah antrean panjang, Cecep mengatakan penggunaan aplikasi MyPertamina masih diberlakukan.

"Karena mereka sendiri (pengguna) belum siap barcode nya, seharusnya kan tinggal scan saja. Itu yang bikin lama," akunya.

"Kalau misalnya punya banyak kendaraan, ya mereka mendaftarkan satu-satu dengan satu aplikasi itu. Jadi sepanjang barcode-nya dibawa, barcode bisa saja ditaruh di bagasi. Jadi setiap mau ke SPBU disiapkan barcode nya," terangnya.(Kompas)