Innalilahi Wa Innailaihi Raji'un, Dalang Legendaris Wayang Golek Karawang, Raden H Tjetjep Supriyadi Group Sinar Komara (91) di kabarkan tutup usia pada Minggu subuh (9/4/2023) sekitar pukul 05.15 Wib. 
Foto : Maestro Dalang Wayang Golek Karawang, RH Tjetjep Supriyadi (91) Tutup Usia, Minggu (9/4/2023)


Suami dari Pesinden Juru Kawih Hj Idah Khadijah ini, meninggal dunia di usia 92 tahun. Berita duka ini, disampaikan sejumlah komunitas seniman dan pecinta wayang golek, termasuk akun Facebook Pengurus Persatuan Padalangan Indonesia (Pepadi) Karawang. 

" Inalillahi wainailaihi rojiun, Parantos mulih kajati mulang Ka asal Bapa RH. Tjetjep Supriadi, Maestro Seniman Dalang Wayang Golek Jawa Barat asal ti Karawang. Rengrengan Pengurus Pepadi Karawang ngiring bela sungkawa mugia Almarhum ditampi Amal Ibadahna ku Allah SWT. amin, " Tulis Akun Pepadi Karawang. 

Ki Dalang Cecep sendiri lahir pada tahun 1932, nama aslinya Adalah Tjetje, sedang Suprijadi adalah nama yang ditambahkannya sendiri di belakang nama aslinya karena kekagumannya dengan pahlawan PETA kala itu Suprijadi. Almarhum, merupakan masih keturunan darah biru, keturunan Menak dari Trah Nenek moyangnya merupakan bangsawan yang tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Hindia Belanda. Akibatnya ditanggung oleh keturunannya. Keluarganya dikucilkan dan beberapa hak sosial dan intelelektualnya terpasung. Salah satunya tidak boleh mengenyam pendidikan. Dari tekadnya yang kuat maka sejarah keturunan dan kebangsawanan itu disembunyikan untuk bisa mengenyam pendidikan.

Foto : Maestro Dalang Wayang Golek Karawang, RH Tjetjep Supriyadi (91) Tutup Usia, Minggu (9/4/2023)

Ketertarikannya akan wayang bisa dibilang agak terlambat, waktu dia sudah sebagai seorang guru. Termotivasi dari rendahnya mutu pendramaan dan sastra pedalangan wayang golek yang tidak berkembang, Ki Tjetjep Suprijadi menggali sastra Jawa Kuna untuk meningkatkan mutu sastra bahasa terutama untuk antawecana dan kawih. Dia adalah seorang dalang yang memegang teguh pakem dan paugeran pedalangan yang baku.

Pak Tjejep Suprijadi dikenal sebagai dalang Wayang Golek Purwa Sunda yang sangat populer di Jawa Barat dan DKI Jakarta pada dekade 1970-an sampai 1980-an. Selain sering mendalang di berbagai kota di Jawa Barat, Tjetjep Supriyadi juga mendalang untuk rekaman kaset, dan hasil penjualannya cukup baik.

Dialah salah seorang dalang yang sangat selektif dalam menerima siswa. Walaupun banyak juga yang mengaku sebagai siswanya hanya karena berguru melalui rekaman kaset atau menonton pertunjukannya. Dia merasa bangga jika ada dalang-dalang muda yang mengaku banyak belajar dari pakelirannya. Salah satu siswa yang dibina dan kini menjadi seorang dalang yang sedang menanjak prestasinya adalah puteranya sendiri Eka Tjetjep Suprijadi.
Beberapa lakon yang pernah digubah dan sangat populer adalah Nur kala kalidasa. Lakon itu terinspirasi dari pertengkaran suami isteri di sebuah kendaraan umum. Masalah yang dipertengkarkan itu sangat menyentuh rasa kemanusiaan, lalu digubahnya lakon itu dengan menyelipkan ajaran-ajaran kemanusiaan yang banyak merujuk pada ajaran agama Islam dan nilai-nilai budaya luhur Sunda.

Beliau salah seorang yang sangat hormat pada orang tuanya. Ketika mau menapak di dunia pedalangan, ibundanyalah yang diminta restu untuk pertamakali. Ketika mendapatkan amplop pertama sebagai dalang, ibundanya pula yang disuruh membukanya. Pernah Bapaknya kepergok dipasar, ketika itu Ki Tjetjep sebagai seorang dalang dengan kendaraan sedannya yang baru. Ayahnya berusaha menghindar karena khawatir anaknya yang sedang dalam masa puncaknya itu malu bertemu, karena dirinya sedang dalam pakaian sebagaimana orang di pasar. Namun Ki Tjetjep dengan sigap mengejar bapaknya yang berusaha menghindar, lalu menggendongnya masuk kedalam mobilnya yang mewah pada jamannya.

Dalang yang otodidak ini juga menjadi anggota DPRD Tk II Karawang ini, juga pernah menjadi guru SD, pada tahun 1954 sampai 1963. Dalam organisasi pewayangan Tjetjep Supriadi menjadi anggota Dewan Kebijaksanaan Sena Wangi dan anggota Dewan Penasihat PEPADI.Tjetjep Supriadi yang men-dalang sejak tahun 1967, ini juga pernah menerima Hadiah Seni dari Mentri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. (rd/rls)