Di tengah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi di Tiongkok, kinerja ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu itu, tetap positif. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan menunjukkan kenaikan ekspor Indonesia ke Tiongkok di Agustus 2023.

“Nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok pada bulan Agustus 2023 sebesar 5,55 miliar dollar, terdiri dari ekspor migas 170,3 juta dollar dan ekspor nonmigas mencapai 5,35 miliar dollar. Ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok naik 9,36 persen dibandingkan ekspor bulan sebelumnya,” kata Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam keterangan pers Jumat (15/9/2023).

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti

Komoditas yang ekspornya ke Tiongkok meningkat adalah minyak dan lemah hewan/nabati serta besi dan baja. Menurut Amalia, ekspor Indonesia ke Tiongkok masih solid karena permintaan dari Tiongkok masih mengalami pertumbuhan.

“Memang ada potensi perlambatan ekonomi di Tiongkok, tapi secara demand kan dia masih tumbuh positif. Artinya, permintaan dari pasar Tiongkok masih akan ada karena tidak mengalami kontraksi di perekonomiannya,“ ujar Amalia.

Sementara untuk impor dari Tiongkok, mengalami penurunan di Agustus 2023. Amalia menyebutkan nilai impor Indonesia dari Tiongkok tercatat USD5,25 miliar, tediri dari impor migas sebesar USD600 juta dan impor nonmigas sebesar USD5,19 miliar.

Perlambatan ekonomi di Tiongkok kini sedang menjadi perhatian dunia, karena dampaknya pada pemulihan ekonomi global yang makin lambat. Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam kesempatan terpisah mengatakan, perkiraan ekonomi Tiongkok akan menjadi pendongkrak ekonomi global pascapandemi, ternyata meleset.

“Data ekonomi Tiongkok selama dua bulan berturut-turut tidak menunjukkan peningkatkan pertumbuhan. Kalau sebelum pandemi ekonomi Tiongkok bisa tumbuh di atas 8 persen, sekarang untuk tumbuh di atas 5 persen seperti sulit,” kata Andry.

Perlambatan ekonomi di Tiongkok tentu akan berdampak juga bagi Indonesia, mengingat Tiongkok adalah salah satu mitra dagang penting bagi Indonesia. Dampaknya terutama pada kinerja ekspor Indonesia berpotensi menurun, yang akhirnya akan mempengaruhi neraca transaksi berjalan yang mengalami defisit.(**)