Breaking News
---

Tanggal 17 Oktober Hari Trauma Sedunia, Ketahui Ceritanya

Tidak hanya diperingati sebagai Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional, 17 Oktober juga diperingati sebagai Hari Trauma Sedunia. Hari Trauma Sedunia berkaitan dengan tingginya angka kecelakaan lalu lintas.

Foto ilustrasi

Dilansir berbagai sumber, cedera, dan trauma merupakan dua hal yang sering berkaitan. Selain karena kecelakaan lalu lintas, kedua hal tersebut bisa juga imbas dari kebakaran yang menimbulkan luka bakar.

Serta juga bisa didapat dari tindakan kekerasan dan kejahatan yang menyebabkan cacat sementara atau permanen. Adapun pengalaman traumatis secara spesifik juga bisa disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Penyiksaan fisik dan mental, bencana alam, perang, dan kekerasan seksual. Pengalaman ini dapat mengakibatkan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).

Hari Trauma Sedunia awal mulanya hanya diperingati di New Delhi, India pada tahun 2011. Di sana jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas sangat tinggi.

Melansir National Today, diperkirakan lebih dari 400 orang kehilangan nyawa setiap hari karenanya. Terlebih adanya dampak berupa trauma yang dialami sebagian orang.

Belum lagi adanya pengalaman traumatis dari operasi militer, kekerasan dalam rumah tangga, dan kekerasan seksual. Oleh karena itu Hari Trauma Sedunia diciptakan untuk membantu banyak orang saling menghilangkan rasa trauma akan sesuatu.

Bahkan, peringatan Hari Trauma Sedunia ini diharapkan bisa membuat masyarakat memiliki informasi. Yaitu, informasi yang cukup tentang cara mengatasi trauma pada diri seseorang.

Trauma pada anak sebaiknya harus segera ditangani. Jika tidak, masalah ini dapat menimbulkan gejala yang bisa membahayakan seseorang yang mengalaminya.

Agar tidak terbawa hingga anak dewasa, peran orang tua dalam mendeteksi, dan mengatasi trauma termasuk hal yang sangat penting. Salah satu cara yang bisa orang tua lakukan agar perasaan trauma agar lebih baik adalah dengan mengatasi gejalanya.

Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala trauma pada anak agar segera mendapatkan penanganan. Sebelum akhirnya berdampak pada kondisi psikologi anak jangka panjang.

Tepat di Hari Trauma Dunia kali ini, anda harus mengetahui macam-macam gejala dari trauma yang dihadapi seseorang. Berikut ini rangkuman gejala trauma yang bisa muncul saat anak-anak, dirangkum Halodoc adalah:

1. Memiliki pikiran terkait kematian

Post-traumatic stress disorder dan depresi termasuk gangguan mental yang membahayakan dan bisa terjadi karena trauma. Salah satu gejala yang pengidapnya alami adalah berpikiran untuk menyakiti dirinya secara ekstrem.

Bahkan mereka juga bisa menjadi terobsesi akan kematian. Cara mengatasi gejala trauma pada anak ini tersebut adalah dengan mendorong anak mengungkapkan perasaannya secara terbuka.

Biarkan anak paham jika sesuatu yang ia rasakan adalah hal yang normal. Meski begitu, tidak semua remaja nyaman untuk bercerita dengan orang tuanya.

Untung mengakali hal ini ibu, dan ayah bisa mencari sosok orang dewasa lain yang anak rasa nyaman untuk bercerita. Sehingga anak sendiri dapat mengungkapkan perasaannya.

2. Masalah mental yang sering kambuh

Trauma rentan menyebabkan kekambuhan masalah mental pada seseorang yang mengalaminya. Terlebih jika terdapat pemicu yang berhubungan dengan trauma tersebut.

Tidak hanya itu, konsekuensi saat masalah mental terlalu sering kambuh dapat membahayakan. Sebaiknya orang tua tahu berbagai hal yang menjadi penyebab terjadinya trauma.

Hindari sebisa mungkin penyebab tersebut agar kondisi ini tidak menimbulkan kekambuhan lagi. Atau mendapatkan penanganan medis segera jika masalah mental sering kambuh.

Tapi, perlu orang tua ingat bahwa anak akan bereaksi terhadap trauma dengan cara yang beda-beda dan perasaannya bisa pasang-surut. Maka dari itu, jangan mendikte anak terkait segala hal yang ia pikirkan dan rasakan.

3. Perasaan sedih berkelanjutan

Gejala trauma pada anak dapat berupa perasaan sedih yang berkelanjutan. Ini lebih mungkin terjadi jika anak mengalami kehilangan seseorang atau sesuatu yang berharga.

Perasaan sedih ini bisa tidak muncul secara langsung, tetapi perlahan hingga berbulan-bulan setelahnya. Selain itu, meski anak terlihat baik-baik saja, belum tentu ia tidak merasa sedih.

Sebagai orang tua, yang bisa kamu lakukan adalah membiarkannya berduka untuk sementara atas perasaan kehilangan tersebut. Beri anak waktu untuk mengatasi perasaan sedihnya tersebut.

Namun, batasi waktunya agar hal tersebut tidak menjadi berlarut-larut. Jadi, orang tua bisa lebih waspada lagi terhadap kondisi mental anak-anak untuk kedepannya.(*).

Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan