Breaking News
---

Ini Fakta-fakta Nyamuk Wolbachia

Belakangan ini publik dibuat ramai akan informasi hoaks mengenai nyamuk wolbachia. Keberadaan bakteri ini ramai lagi setelah beberapa tahun karena akan di uji coba di beberapa daerah di Indonesia.

nyamuk wolbachia
Nyamuk wolbachia

1. Wolbachia Diteliti Sejak Tahun 2011

Kemenkes mengungkapkan efektivitas wolbachia telah diteliti sejak 2011, dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (tahun 2011-2015).

Sebelumnya uji coba penyebaran nyamuk Wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada 2022. Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia terbukti mampu menekan kasus DBD.

Persentasenya hingga 77 persen, dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen. Untuk itu masyarakat diminta mencari tau kebenaran informasi yang akurat tentang Wolbachia.

2. Mampu Lumpuhkan Virus DBD

Kemenkes juga mengungkapkan, Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti. Sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.

Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok. Selain itu, jika yang berwolbachia nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia, maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.

3. Teruji di Sembilan Negara

Kemenkes mengungkapkan teknologi wolbachia turunkan DBD sudah terbukti di sembilan negara. Hal itu disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Siti Nadia Tarmizi.

Dirincinya, kesembilan negara itu diantaranya, Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Meksico, Kiribati, Kaledonia Baru, dan Sri Lanka. Diharapkan teknologi ini dapat segera diterapkan di Indonesia, mengingat musim DBD akan tiba.

4. Tidak Ada Rekayasa Genetik Dalam Wolbachia

Wolbachia adalah bakteri yang hanya dapat hidup di dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk. Wolbachia tidak dapat bertahan hidup di luar sel tubuh serangga dan tidak bisa mereplikasi diri tanpa bantuan serangga inangnya.

Ini merupakan sifat alami dari bakteri wolbachia. Wolbachia sendiri telah ditemukan di dalam tubuh nyamuk aedes albopictus secara alami.

Peneliti Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Adi Utarini mengatakan Bakteri wolbachia maupun nyamuk sebagai inangnya bukan organisme hasil dari modifikasi genetik yang dilakukan di laboratorium. "Secara materi genetik baik dari nyamuk maupun bakteri wolbachia yang digunakan, identik dengan organisme yang ditemukan di alam," kata dia.

Ia mengatakan, wolbachia secara alami terdapat pada lebih dari 50 persen serangga. Wolbachia mempunyai sifat sebagai simbion (tidak berdampak negatif) pada inangnya.

Di Indonesia sendiri, teknologi wolbachia yang digunakan, diimplementasikan dengan metode “penggantian”. "Dimana baik nyamuk jantan dan nyamuk betina wolbachia dilepaskan ke populasi alami," katanya.

Tujuannya agar nyamuk betina kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan anak-anak nyamuk yang mengandung wolbachia. Pada akhirnya, hampir seluruh nyamuk di populasi alami akan memiliki wolbachia.

5. Masyarakat Diharapkan Tidak Percaya Hoaks

Sebuah inovasi dalam penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui program Wolbachia telah berhasil diimplementasikan di beberapa kota di Indonesia. Masyarakat diharapkan tidak mempercayai informasi hoaks yang beredari di media sosial (medsos) mengenai program ini.

Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI, Ngabila Salama menjelaskan, Wolbachia sudah ada secara alami di dalam tubuh nyamuk. Nantinya, Jakarta Barat menjadi kota penyebaran nyamuk wolbachia pada awal Desember 2023.

"Banyak hoaks berseliweran itu salah, jadi kita sama-sama meluruskan. Wolbachia adalah istilah dari pemerintah berbasis teknologi yang dapat diharapkan menurunkan kesakitan dan kematian karena dengue,” katanya dalam keterangan, Selasa (21/11/2023).

Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan