Breaking News
---

Ini Cerita Warga Gaza Saat Israel Kembali Menyerang, Puluhan Jurnalis Meninggal Dunia Saat Meliput di Gaza

Nermeen Abu Zowayed (39), seorang warga Khan Younis di Jalur Gaza selatan, terbangun ketakutan. Ketika mendengar ledakan keras di dekat rumahnya.

Foto ilustrasi Jalur Gaza

Seorang ibu dari empat anak itu langsung berlari ke kamar tidur anak-anaknya. Ini untuk memeriksa kondisi mereka karena mulai terdengar teriakan anaknya yang sangat ketakutan.

"Wanita itu kemudian menyadari bahwa ledakan tersebut berasal dari serangan udara besar-besaran Israel di daerah kantong pesisir tersebut. Setelah gencatan senjata kemanusiaan Hamas-Israel selama tujuh hari berakhir pada Jumat pagi waktu setempat," tulis laporan Xinhua, Sabtu (2/12/2023). 

Zowayed saat di wawancarai menyatakan, rumah berguncang, kaca pecah, dan kepanikan besar terjadi. Akibat pengeboman Israel yang mengenai target di dekat sini.

"Kami adalah orang-orang yang tidak bersalah dan tidak dapat melindungi diri dari serangan apa pun. Saya dan anak-anak saya hidup dalam kekhawatiran dan ketakutan menjadi sasaran serangan Israel," ucap Zowayed sambil memeluk anak-anaknya.

Dia mengatakan kembalinya konflik berarti orang-orang yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka akan tetap berada di sekolah. Ini beralih fungsi menjadi tempat penampungan itu, untuk waktu yang lama dan tidak akan dapat kembali ke rumah mereka.

"Kembalinya perang berarti ketakutan dan kecemasan. Semakin banyak kehancuran, semakin banyak martir dan korban luka, serta semakin banyak tragedi bagi keluarga," ujarnya. 

Hal itu juga mengakibatkan pengungsian massal baru. Termasuk perampasan hak milik warga Palestina di Jalur Gaza.

"Saya pikir saya akan mati karena serangan udara tersebut. Serangan itu sangat dekat dan tiba-tiba menyerang rumah tetangga kami," katanya 

Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata kemanusiaan pada tanggal 24 November 2023. Namun, pertempuran antara kedua pihak berlanjut, setelah Israel menuduh Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata dan menembaki wilayah Israel.

Kabar lain dari Organisasi Jurnalis Palestina telah mengumumkan bahwa sudah 67 jurnalis dan pekerja media di Gaza meninggal dunia. Ini saat menjalankan tugasnya sejak agresi Israel di wilayah Palestina pada 7 Oktober 2023.

"Baru-baru ini tiga rekan kami tewas akibat serangan Israel. Ketiganya adalah Adham Hassoneh yang merupakan profesor media pada Universitas Gaza, dan dua kamerawan Abdullah Darwish dan Montaser Al-Sawaf," kata Ketua Komite Kebebasan Mohammed al-Laham seperti dilansir Wafa, Sabtu (2/12/2023). 

"Kematian ketiga orang ini menambah jumlah wartawan yang tewas. Khususnya di Jalur Gaza menjadi 67 orang," ujarnya menambahkan. 

Lebih jauh, ia mengungkapkan kesulitan dalam melakukan tugas memantau dan mendokumentasi peristiwa. Ini terus menjadi rintangan besar dalam membuktikan data, akibat semakin gencarnya pasukan Israel melakukan penyerangan.

Komite itu mengaku kehilangan kontak dengan dua rekannya sejak hari pertama agresi. Sehingga sampai kini tak bisa mengetahui nasib kedua orang itu.

"Keduanya adalah Nidal al-Wahidi dan Haytham Abed al-Wahad. Kami juga masih belum dapat memastikan apakah wartawati Ala’a al-Hasanat masih hidup," ucapnya. 

"Meski sejumlah sumber mengabarkan Hasanat masih hidup. Komite kami belum dapat memastikan kabar tersebut," katanya mengakhiri. (*)


Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan