Minimnya Pendidikan Karakter Penyebab Perundungan di Sekolah, Pemerintah Pastikan Perketat Pengawasan di Sekolah
Perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah menunjukkan adanya kompleksitas latar belakang yang mempengaruhi perilaku siswa. Bahkan di sekolah yang dianggap memiliki sistem pendidikan terbaik.
“Sekolah-sekolah berfokus pada pendidikan intelektual bukan pada pendidikan mental dan karakter. Sehingga terjadi hal seperti ini (perundungan)," kata Ketua Pusat Kesehatan Mental dan Rehabilitasi Sosial Politeknik Ilmu Pemasyarakatan, Imaduddin Hamzah, Rabu (21/2/2024).
Dia mengatakan, pihaknya mendorong adanya sistem pendidikan yang juga mengedapankan toleransi serta cara menghormati dan menghargai antar sesama. Sehingga tidak hanya berpatokan pada nilai akademis semata.
"Bagaimana cara toleransi, menghargai, cara menghormati bila ada temen yang cupu. Bahkan temen yang rendah diri itu bisa diberikan semangat,”.
Meski demikian, menurutnya, nilai-nilai perilaku karakter justru saat ini tidak dikembangkan di dalam pendidikan. Sehingga mengakibatkan adanya pergeseran di dalam lingkungan antar kelompok.
“Secara alami remaja punya energi besar yang bisa mendorong agresivitas itu akan semakin terbuka ketika berada dalam kelompok. Energi itu bisa saja dipengaruhi arahnya oleh kelompok,” ujarnya.
Dia menekankan, pentingnya untuk memahami agresivitas adalah bagian dari fase remaja. Di mana energi besar yang dimiliki remaja bisa diekspresikan secara verbal maupun fisik.
Pemerintah memastikan, pengawasan di sekolah akan semakin diperketat lantaran kembali munculnya kasus perundungan di lingkungan pendidikan. Hal itu disampaikan Pelaksana tugas (Plt) Asisten Deputi Pelayanan Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus KemenPPPA, Atwirlany Ritonga.
“Walaupun sudah ada Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023, kita juga butuh kolaborasi dari semua pihak. Di antaranya sekolah, teman sebaya, dan dukungan tua dalam hal pengawasan,” kata Atwirlany.
Selain itu, lanjutnya, orang tua juga harus meningkatkan pengasuhan dan pengawasan kepada anak. “Kita menitipkan anak di sekolah bukan berarti kita menyerahkan anak sepenuhnya, tapi ada peran orang tua untuk mengawasi anak-anak,” katanya, menekankan.
Menurutnya, pengasuhan orang tua menjadi kekuatan terbesar di Indonesia dari faktor kasus kelalaian orang tua. Jadi, untuk orang tua dan sekolah perlu meningkatkan pengawasan kepada para anaknya.
“Kami tentu harus menekankan kembali bahwa implementasi ini harus tetap dilaksanakan. Tujuannya, agar satuan pendidikan kita tercipta ramah anak,” ucapnya.(*)