Badan Pusat Statistik Jawa Barat memaparkan melejitnya harga beras pada Februari 2024 capai level tertinggi sepanjang sejarah. 

BPS Jabar Jelaskan Penyebab Lonjakan Harga Beras

Kepala BPS Jawa Barat, Marsudijono, mengatakan, luas Lahan Baku Sawah (LBS) pada tahun 2019 sebesar 928 ribu Ha. “Luas panen kita mengalami penurunan -78,7 ribu ha, secara presentase turun 4,74 persen dari tahun 2022 dari 1.662,4 ha, menjadi 1.583,7 ha pada tahun 2023,” ujarnya, Sabtu (2/3/2024). 

Namun demikian, angka sementara luas panen Januari-April 2024 diperkirakan mencapai 399,8 ribu hektar atau mengalami penurunan -33,35 persen. 

“Prediksi puncak panen tahun 2024 bergeser, akibat mundurnya masa tanam padi menjadi bulan April 2024. Inilah salah satu kondisi harga beras naik karena posisi pasokan belum panen,” katanya. 

Dia mengimbau, pada saat panen raya tetap harus memperhatikan para petani. Jangan sampai mereka tidak dapat menikmati panen raya. Lebih lanjut, Marsudijono memaparkan, produksi padi di Provinsi Jawa Barat pada Januari-Desember 2023 mengalami penurunan sebesar -3,11 persen dibandingkan Januari-Desember 2022. 

“Pada tahun 2022 produksi padi mencapai 9.433,7 ton mengalami penurun 293,7 ribu ton, sehingga menjadi 9.140,0 pada tahun 2023, Januari-April 2023 itu angkanya 3.448,7 ribu ton menjadi 2.285,3 ribu ton pada Januari-April 2024. Secara presentase mengalami penurunan -1.163,4 ribu ton,” ungkapnya. 

Produksi beras, kata dia, sudah ditetapkan angka pada tahun 2023 mencapai 5.447,8 ton mengalami penurunan sebesar -3,11 persen. Secara nilai kurang lebih -169,6 ribu ton penurunannya, menjadi 5.278,2 ton. 

“Angka sementara untuk panen berikutnya, dilihat pada tahun 2024 produksi beras juga mengalami penurunan sebesar -671,9 ribu ton secara presentase 33,73 persen, Namun demikian kita masih punya waktu untuk memperhatikan kesejahteraan petani, agar dapat terlindungi dan harganya terjaga. Pada bulan April itu panen raya dibarengi dengan Hari Raya Idul Fitri, impor sudah disampaikan akan terjadi di bulan April. Ini menjadi perhatian kita semua,” jelasnya.

Lebih lanjut, selisih rata-rata harga gabah antara Gabah Kering Giling (GKG) dan Gabah Kering Panen (GKP) sebesar  Rp 1.458 ribu.  

“Selisih rata- rata harga beras dengan Gabah Kering Giling (GKG) sebesar Rp 5.821 ribu,” ujar Marsudijono. 

Marsudijono menambahkan, belummemasuki masa panen dan pengaruh musim penghujan, masih berdampak pada kenaikan harga beras.(*)