Breaking News
---

Kisah WNI di Jerman Terbisa Puasa 16 Jam

Mahasiswa Indonesia di Jerman, Muhammad Rafi Taqiyyuddiin membagi pengalamannya menjalani puasa dengan durasi lebih lama. Jika di seluruh wilayah Indonesia sekitar 13 jam lebih, puasa di Jerman bisa lebih dari 16 jam.

Beruntungnya awal puasa tahun 2024 ini jatuh pada awal musim dingin dengan durasi puasa yang sama dengan di Indonesia. Namun, Rafi bersama seuruh WNI lainnya akan melalui durasi waktu lebih panjang saat memasuki musim panas akhir Maret.

Para mahasiswa Indonesia di Jerman bersama warga setempat mengikuti buka puasa bersama. (Foto: Dok/Istimewa)

“Bahkan pada bulan puasa 2019, saat memasuki pertengahan musim panas, durasi puasa bisa sampai 18-20 jam. Kalau sekarang dipenghujung musim dingin, Subuhnya 4.30 dan Magribnya 18.45 jadi sama dengan Indonesia,” kata Rafi dalam dialog  'Puasa di Mancanegara' beraama RRI Pro 3, Senin (11/3/2024), pekan ini.

Mengenai makanan berbuka puasa, menurut Rafi, tidak ada masalah bagi masyarakat Indonesia di Jerman. Termasuk mencari makanan halal. 

Pasalnya, Jerman sangat dekat dengan Turki. Sehingga sangat mudah mendapatkan makanan khas Ramadhan atau lainnya yang merupakan khas Turki.

“Kadang memang sangat kangen makanan Indonesia pada saat berbuka puasa. Nah, untuk mengobati rasa rindu itu biasanya kami memasak makanan berat khas Indonesia, seperti opor ayam,” kata Rafi.

Keduataan Besar Republik Indonesia (KBRI), menurutnya, juga rutin mengundang untuk berbuka puasa bersama dan tarawih bersama. Begitu juga dengan komunitas-komunitas Muslim dari berbagai negara yang memiliki masjid juga menggelar buka puasa bersama.

Seperti Masjid Indoensia, Masjid Turki, dan Masjid masyarakat Arab. "Di situ kita bisa menikmati juga makanan khas berbbuka dari berbagai negara," katanya.

Rafi juga bercerita soal kemajuan Islam di Jerman. Menurutnya, pemeluk Islam dibandingkan dengan 2019 ketika pertama kali dirinya datang sudah jauh berkembang. Bahkan ada kota-kota yang ikut merayakan kemeriahan tahun ini dengan hiasan-hiasan bernuansa Ramadhan. 

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Bisa dikatakan baru pertama kali Jerman turut memeriahkan Ramadan,” ujar Mahasiswa yang kuliah di Testiche Universitat Berlin, Jerman ini.(*)

Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan