Perilaku bullying di kalangan remaja semakin merajalela, dunia anak dan remaja yang seharusnya menjadi dunia aman dan kesenangan justru bisa menjadi dunia yang kelam bagi para korbannya.
Foto ilustrasi korban Bully

Kasus Bully hampir terjadi di semua daerah di Indonesia, dilansir dari Tribun News (2/3/2024),seorang anak perempuan mendapat perilaku bully fisik dari sekumpulan anak akibat membela adiknya yang terlebih dahulu dibully verbal oleh sekumpulan anak yang sama.

bully juga terjadi di Batam, SR (17) dan EF (14) ditendang, dipukul, hingga disundut rokok pleh para pelaku (Kompas, 2/3/2024)

Termasuk di Kabupaten Karawang di tahun 2022 sampai 2023 mengalami peningkatan menurut catatan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Karawang, pada tahun 2022 terdapat 112 kasus kekerasan perempuan dan anak dengan 116 korban. Sementara pada awal tahun 2024 sudah masuk laporan 14 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan 15 korban. (Antaranew.com 30 Januari 2024)

Banyak faktor yang menjadi penyebab maraknya perilaku bully dikalangan remaja. Namun, tiga faktor berikut adalah faktor umum yang sering terjadi.

Pertama, kurangnya peran keluarga dalam pengasuhan anak. Menurut komunitas internasional Stomp Out Bullying, seorang anak bisa menjadi perundung atau pelaku bully salah satunya dikarenakan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang didapatkan di rumah. Banyak pelaku perundung adalah korban KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), memiliki orang tua yang abai, dan korban perceraian orang tua.

Kedua, kurangnya kontrol masyarakat dalam kehidupan. Hal itu membuat masyarakat menjadi individualis yang tidak lagi mementingkan moral anak-anak di lingkungan sekitar. Penjagaan moral oleh masyarakat sangatlah penting mengingat manusia adalah makhluk sosial. Semakin maraknya kasus bully menandakan standar moral di masyarakat semakin menurun. Akibatnya, anak sering tidak takut bahkan tidak tahu ketika melakukan perilaku bully/kekerasan ke anak lain.

Ketiga, masifnya gadget pada remaja. Di era teknologi hari ini gadget seolah menjadi barang wajib yang dimiliki setiap orang termasuk remaja. Banyak sekali remaja yang akhirnya menjadi kecanduan gadget yang mengakibatkan gangguan kecemasan, kepercayaan diri rendah, dan keinginan untuk terkenal. Semua perilaku ini bisa menuju kepada tindakan bullying.

Lantas, bagaimanakah kita sebagai masyarakat terutama orang tua mencegah perilaku bully? ...

Setidaknya ada 3 hal yang bisa kita lakukan diantaranya:

Islam telah memberikan kewajiban bagi orang tua untuk menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Ayah dan ibu harus memiliki iman yang kuat dan menjalankan rumah tangga sesuai dengan syariat Allah. Ayah harus bisa memberi dan mencukupi nafkah bagi keluarganya, ibu harus bisa menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Orang tua menjadi role model bagi anak dalam hal berperilaku dan beradab. Ketika orang tua menjalankan fungsinya dengan baik, maka tidak akan ada tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang akan berdampak pada anak. Anak akan tumbuh dengan kasih sayang dan dididik dengan akhlak yang baik, yang berimbas kepada perilakunya baik itu di dalam atau di luar rumah.

Mengembalikan peran kontrol masyakrat dalam kehidupan. Dengan mengembalikan peran ini, maka standar moral baik di masyarakat akan terbentuk seperti pada hadits rasulullah.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.”

Anak-anak remaja tidak akan melakukan perilaku bully karena mengetahui standar moral dan konsekuensi yang akan mereka dapatkan. Masyarakat tidak boleh abai atau bersikap masa bodoh ketika ada perilaku kekerasan atau bully di sekitarnya. Hal ini bisa dimulai dari keluarga kita sendiri.

Membatasi penggunaan gadget pada remaja. Negara seharusnya hadir dalam membatasi penggunaan gadget atau informasi yang terdapat di dalamnya untuk mencegah anak-anak kita mendapat informasi yang tidak seharusnya.

Namun saat ini di mana masih belum ada regulasi yang jelas, maka beban itu kembali pada orang tua. Sudah menjadi keharusan bagi kita orang tua untuk membatasi penggunaan gadget sampai sang anak sudah mampu membedakan yang baik dan yang buruk (tamyiz). Bahkan untuk edukasi, penggunaan gadget harus tetap dibatasi, ketika pun sudah diberikan, maka kita harus bisa memantau sejauh mana informasi yang diakses oleh anak-anak kita

Perilaku bully tidak boleh dianggap remeh karena ini bisa mengakibatkan rusaknya mental generasi masa depan, dengan memiliki keimanan yang kuat, menjalankan kontrol masyarakat dengan baik, dan membatasi konsumsi gadget pada remaja, maka kita akan mampu memberikan bekal kepada anak-anak kita untuk terhindar dari perilaku bully di masa depan.

Wallahu a’lam bishawab.

Oleh: Firly Aulia Almadani
Mahasiswi Unsika dan Member Komunitas remaja Smart With Islam Karawang.