Breaking News
---

Ramadhan Momentum Untuk Menyucikan Diri

Ramadhan adalah bulan yang dinanti oleh kaum muslim di seluruh penjuru bumi. Pasalnya, semua memahami dan meyakini bulan ramadhan memiliki banyak keistimewaan, dan banyak momentum perbaikan di dalamnya.

Foto ilustrasi

Diantara yang menonjol dilakukan oleh kaum muslim selama ramadhan adalah momen untuk menyucikan diri (tazkiyatun nafs). 

Menyucikan diri (tazkiyatun nafs) disini berarti bersih dari kesyirikan, dosa dan juga berbagai kemaksiatan.

Setiap muslim pasti mengupayakan agar setiap menjalani ramadhan, mampu menjadikan pribadi yang terhindar dari syirik, dosa dan kemaksiatan. 

Namun, faktanya momen itu tak semua bisa dimanfaatkan oleh semua umat Islam, di luaran sana tak sedikit para pelaku maksiat dilakukan oleh umat Islam.

Maka operasi pekat (penyakit masyarakat) yang dilakukan  di tiap daerah termasuk Kasatpol PP kabupaten Karawang bersama TNI dan Polri, beberapa waktu lalu menjelang ramadhan. 

Sasaran dalam operasi pekat diantaranya adalah tempat hiburan malam, indekos dan hotel-hotel atau tempat penginapan (Kompas.com, 9 Maret 2024) 

Kasatpol PP bersama TNI dan Polri melakukan operasi tersebut dalam rangka menghormati bulan ramadhan sebagai bulan yang suci. 

Dari kegiatan tersebut, bisa kita soroti bahwa mereka berharap bulan ramadhan ini bisa dilalui dengan kekhusyukan beribadah kepada Allah dan bersih dari dosa. 

Akan tetapi, sangat disayangkan mengapa hanya di bulan ramadhan saja operasi pembersihan tempat-tempat maksiat itu dilakukan? Apakah  hanya di bulan ramadhan saja manusia melakukan kemaksiatan yang dicatat sebagai dosa? 

Begitulah jika aturan yang diterapkan dalam kehidupan ini, bukan berlandaskan pada al-quran dan as-sunnah. Mereka bebas berbuat tanpa memikirkan pertanggungjawaban kelak di akhirat. 

Karena mereka memahami bahwa agama hanya mengatur ranah individu dengan pencipta saja. Contohnya, wanita muslim ketika ke pengajian atau ke mesjid mereka menutup aurat tapi ketika ke tempat umum lainnya, hanya memakai daster atau pakaian pendek yang memperlihatkan auratnya.

Termasuk juga penertiban tempat-tempat maksiat yang hanya dilakukan di bulan ramadhan. Sedangkan di bulan lainnya dibiarkan tumbuh subur. 

Oleh karena itu, momentum penyucian diri harus berlanjut, walaupun ramadhan berlalu. Serta harus memaknai penyucian diri ini dari beberapa hal:

1. Menyucikan diri dari kemusyrikan dan kekufuran. 

Yakni menjadikan diri hanya percaya dan menyakini kepada sang Khalik, Allah SWT. Bukan hanya di lisan, tapi juga di hati dan perbuatan kita. 

2. Menyucikan diri dari perbuatan buruk dengan melakukan amal shalih. 

Segera tinggalkan perbuatan buruk dan lakukan amal sholih dengan dua syarat, yakni niat hanya karena Allah, dan caranya benar, yakni sesuai dengan syariat Allah. 

Allah SWT berfirman yang artinya: 
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik, dari apa yang telah mereka kerjakan” (TQs An-Nahl: 97).

4. Melakukan taubatan nasuha

Hal terpenting ketika seseorang ingin berhijrah untuk lebih mendekatkan diri denganNya adalah dengan taubatan nasuha. Ini juga dilakukan sebagai proses mencari ampunan Allah dari segala perbuatan yang tidak sesuai syariat. 

5. Totalitas keimanan dan ketaatan kepada Allah

Poin ini akan terealisasi ketika landasan dalam berkehidupan beralih dari aturan manusia menjadi aturan yang berasal dari pencipta, Allah SWT, secara kaffah (keseluruhan). 

Maka, bulan ramadhan menjadi momen menyucikan diri selain dilakukan oleh individu, seperti menjauhi kemusyrikan, melakukan amal shalih, melakukan taubatan nasuha, total dalam ketaatan dan perlu juga didukung oleh pemerintah dengan melakukan operasi pekat (penyakit masyarakat) tidak hanya di bulan ramadhan tapi berkelanjutan.

Wallahua'lam bishowab.

Oleh : Yayat Rohayati
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan