Pemerintah Kabupaten Sukabumi, meminta masyarakat untuk terus waspda tehadap potensi gelombang tinggi di kawasan pantai pelabuhanratu pasca terjadinya bencana banjir rob. Peringatan itu juga dikhususkan bagi para nelayan yang berada disepanjang pesisir pantai. Kejadian bencana banjir rob yg terjadi pada selasa lalu menyebabkan sejumlah nelayan tidak bisa melaut.(17/3/24).

Banjir Rob, Ribuan Nelayan Di Sukabumi Berhenti Melaut

Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Sukabumi mengungkap sekitar 6 ribu nelayan terpaksa tidak bisa melaut dampak bencana banjir rob yang terjadi di sepanjang pantai wilayah Pelanuhanratu Kabupaten Sukabumi.

Sekertaris HNSI Kabupaten Sukabumi, Sep Radi Priadika, menyebut para nelayan itu terdampak kerusakan perahu penangkap ikan yang ditaksir kerugiannya bisa mencapai Rp 4,5 miliar. Tidak hanya itu, HNSI juga mendata ada puluhan bangunan nelayan yang ikut terdampak rusak akibat diterjang banjir rob.

"Total kerugian Rp 4,5 miliar, bukan hanya perahu banyak juga bangunan milik nelayan seperti di Ujunggenteng sampai 45 bangunan yang juga mengalami kerusakan," kata Radi.

Radi menyebut, HNSI terbagi menjadi 34 rukun neayan di 9 pesisir. Sementara total anggota HNSI Kabupaten Sukabumi ada sekitar 13 ribu orang. Akibat dampak banjir rob, ada wilayah yang nelayannya 100 persen tidak bisa melaut karena perahunya rusak.

"Ada nelayan bakul, kalau seluruh 13 ribu orang, nelayan tangkap yang tidak melaut kurang lebih sekitar 6 ribuan nelayan. Kalau yang 100 persen tidak melaut, di wilayah Ujunggenteng ada 1500 nelayan lebih," ungkap Sep Radi.

HNSI mengimbau, nelayan di pesisir khususnya di Ujunggenteng untuk berhenti melaut, selama cuaca tidak mendukung untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut. Bagi nelayan yang terdampak khususnya yang mengalami kerusakan perahu, HNSI Kabupaten Sukabumi juga segera berkoordinasi dengan pihak Dinas Perikanan dan Dinas Sosial untuk meminta solusi kepada pemerintah.(*)