Karawang-.Peta perpolitikan ditanah Sunda jelang Pilgub Jabar 2018 dipredikisikan bukan saja bakal seru pada waktunya,namun diterawang pun akan terjadi kudeta di kepengurusan pada sejumlah partai politik dalam perjalananya,(3/10/2017).

Hasil gambar untuk Kudeta poliik"Berebutan tokoh penting dan populer (pamor positip,red) diluar partai atau memajukan kader partai yang memiliki nilai lebih dibanding pengurus lama (copot jabatan,red) diinternal akan menjadi pilihan oleh sejumlah pengurus DPP atau DPD /DPC kepada kadernya.Langkah-langkah ekstrim ini bisa ditempuh oleh pimpinan partai politik demi meningkatan ekstabilitas dan bisa mendulang suara sebanyak-banyaknya di Pilkada,Pilgub ataupun Pilpres.Namanya sudah memasuki tahun politik yang tak mungkin bisa menjadi mungkin saja dilakukan."Demikian disampaikan Rahmat Hartadi,warga Karawang Kota,di Karawang.Ia mencontohkan,masih alotnya sikap dari sejumlah parpol dalam tentukan  jagoan Pilgub di Jawa Barat adalah tanda-tanda yang serius.Karena bisa saja kondisi yang ada dimaknai lain oleh pihak DPP parpol masing-masing kepada kadernya sendiri.



Bukan saja karena pamor kurang atau tidak bisa membesarkan partai menjadi rujukan diduga bakal bisa copot jabatan kader sendiri oleh pimpian partai dibelbagai tingkatan, melainkan sikap dan ucap (norma & etika),yang berlebih dari pengurus Kader kepada pimpinan dari tingkat Kabupaten sampai pusat bakal memicu pula persitiwa pencopotan jabatan/kedudukan dipartai sebagai hukuman,tambah Rakhmat.

Karena sangat diyakini daerah Jawa Barat adalah barometer nasional dalam peraihan suara parpol maka langkah-langkah "gila" pun bisa saja dilakukan oleh DPP demi merebut kantong suara.Pasti pihak DPP pun menyadari regenerasi kader partai cukup sulit maka jalan terbaik dan cepat adalah dengan mencari tokoh populer lalu mengajak gabung selain parpol bisa melakukan langkah tegas kepada kader-kader yang anggap lamban berprestasi dan digantikan oleh kader yang lebih menjanjikan.Lalu adanya terawangan bakal ada pengurus parpol lengser dari kedudukannya selain kurang berprestasi bisa pula didasari oleh minimnya loyalitas,komunikasi,tak respec,sang  kader dianggap bermasalah,tak produktif ataupun hal yang sifatnya tak terduga dan mendadak mengemuka,beber Rahmat.

Saya rasa gusur-mengusur kepengurusan dalam kedudukan diinternal "parpol" di Jawa Barat tak bisa dihindari jelang Pilgub mendatang.Karena kudeta politik sendiri seakan makin terbuka manakala sikap sejumlah parpol sangat lambat untuk menentukan jagoannya ditambah indikator lain yang berwujud faktual,vertikal dan herizontal sangat mendorong sekali proses dimulai,pungkas orang lulusan sarjana politik di Jakarta ini.