PELITAKARAWANG.COM - Produksi ikan pindang di sejumlah kelompok olahan perikanan Desa Bayurkidul Kecamatan Cilamaya Kulon, menurun hingga 50 persen. Penyebabnya, konsumen ikan pindang, sementara waktu sepi lantaran ogah membeli ikan hasil tangkapan laut seperti tongkol setelah peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di laut Pakis terjadi.

" Sementara mah gak mau makan ikan laut, ya mau pindang atau Etong Bakar. Karena kan banyak potongan tubuh manusia setelah pesawat jatuh, jadi watir dimakan ikan dan ikannya juga kita makan," Kata Warga Bayurkidul, Heri Setiawan.

Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Perikanan (Gapokkan) Sumberjaya Desa Bayurkidul, H Nurhalim mengatakan, para pengolah ikan pindang saat ini sepi produksi, khususnya ikan laut seperti tongkol, apalagi dampak dari pesawat Lion Air yang jatuh, semakin mempengaruhi pasar ikan laut. Bahkan, penurunannya mencapai 50 persen. " Dapat ikan mentahnya juga kita stop sebagian, karena pasarnya sedang sepi setelah kejadian jatuhnya pesawat Lion air," Katanya.

Lebih jauh Nurhalim menambahkan, walaupun sepi ikan laut dan produksinya, masyarakat saat ini beralih pada ikan hasil garapan tambak seperti bandeng. Bahkan, produksi ikan bandeng presto ini meningkat drastis dan berbanding terbalik dengan ikan laut, baik dalam bentuk ikan bakar maupun pindang presto. " Kebanyakan beralih ke pindang ikan tambak seperti bandeng yang meningkat produksinya ," Katanya.

Ketua Rukun Nelayan Ciparagejaya, Miscu mengatakan, para nelayan masih tetap menangkap ikan laut seperti biasa, dibilang turun sih  tidak, tapi soal harga diakui Miscu, saat ini sedang lesu karena dihargai rendah, entah apakah faktor pesawat Lion air tersebut atau bukan. Tapi demikian, hasil tangkapan ikan laut masih laku saja, tidak ada penurunan. " Ngaruh sih gak signifikan, tapi soal harganya memang sedang lesu saat ini mah," Katanya..