PELITAKARAWANG.COM-.Anggota DPR RI Adian Napitupulu mengatakan epidemik Corona diperkirakan akan memuncak di kisaran bulan Mei dan Juni. Menurutnya, pemerintah harus sigap dengan mempermudah bagi pihak-pihak yang melakukan impor peralatan medis terkait penanganan virus Corona. Jika tidak, akan banyak masyarakat yang menjadi korban dari sebaran virus tersebut.

"Kuburan massal harus dicegah dengan segala cara, salah satunya adalah dengan membuka keran impor untuk alat-alat medis baik utuh maupun bahan baku terkait virus Corona. Apakah itu berupa masker, APD (Alat Perlindungan Diri), thermometer, sarung tangan, sanitizer, disinfektan bahkan hingga alat test (Rapid Test)," ujar Adian.

Menurut Adian, semua pihak yang sanggup mengimpor alat-alat tersebut selama kriteria dan uji alatnya layak, harus diberi ekstra kemudahan impor. Bila perlu, untuk sementara waktu di bebaskan dari bea impor dan pajak agar alat-alat itu menjadi murah dan bisa dibeli siapapun.

"Membebaskan semua pihak yang akan memasukan alat-alat medis terkait Corona dari birokrasi impor, akan membuat semua alat medis itu membanjiri semua toko ritel hingga apotik dan toko obat. Bahkan bisa jadi membanjiri warung-warung kelontong di perkampungan dan pasar-pasar tradisional. Dalam situasi ini, kebanjiran lebih baik daripada kekurangan," jelasnya.

Adian menambahkan, tugas pemerintah menjadi lebih ringan karena peran mengadakan alat medis yang tadinya dimonopoli penuh baik anggaran maupun distribusinya oleh pemerintah, berikutnya di ambil alih oleh banyak orang. Dan pemerintah dapat mengambil peran sebagai pengontrol kualitas dan membuat patokan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk setiap jenis alat medis itu.

"Kalau negara bisa memanfaatkan para importir dan pedagang, maka alat medis itu bisa sampai ke seluruh pelosok pedalaman dengan harga murah tanpa menguras anggaran pemerintah," kata politisi Fraksi PDI Perjuangan ini

Selain itu, lanjut Adian, Pemerintah bisa menghemat anggaran yang ada untuk difokuskan pada hal lain seperti membangun rumah sakit untuk karantina, mensubsidi obat dan alat medis bagi orang-orang yang benar-benar tidak mampu, lansia, tuna wisma dan lain sebagainya.

"Dalam situasi darurat Corona seperti saat ini, biarkan saja importir mendapat sedikit untung, pedagang bahkan apotik, warung-warung juga mendapat sedikit untung. Itu tidak masalah karena masalah ini sudah mendesak dan terpenting saat ini adalah, rakyat selamat," tegasnya.

Ia mengingatkan, wabah Corona bukan seperti tsunami, banjir, gempa atau jenis bencana alam yang terlokalisir di satu tempat. Wabah Corona bisa mengorbankan siapa saja, kapan saja dan di mana saja di belasan ribu pulau di Republik ini. Satu-satunya cara jika ingin memenangkan perang melawan virus Corona, menurut Adian, hanya bisa dilakukan dengan membangun perlawanan bersama-sama dengan melibatkan peran seluruh masyarakat.

"Ketika apotik, toko ritel, toko obat memiliki stok berlimpah akibat keran impor alat-alat medis itu dibuka luas dan mudah, maka berikutnya bisa saja bidan dan perawat di pelosok kampung membeli APD dan rapid test, lalu membuka layanan rapid test corona di teras rumahnya. Warga satu RT bisa urunan membeli disinfektan untuk menyemprot seluruh RT. Di kampus-kampus, mahasiwa dengan APD yang mereka dapat di toko ritel pun bisa membuka layanan rapid test," imbuh Adian.
Bila situasi itu terjadi, maka gerakan melawan Corona bukan lagi milik BNPB, bukan saja milik BUMN atau Menteri Kesehatan, tapi menjadi milik importir, pedagang, tukang sayur, bidan desa, perawat, dokter-dokter desa, warga seluruh RT, mahasiswa, relawan dan donatur-donatur. Semua akan bergerak melawan Corona dan berikutnya menjadi Gerakan Rakyat di semua level di semua profesi, di semua tempat hingga kampung yang terpencil sekalipun."Kunci kemenangan kita adalah gotong royong yaitu semua bergerak bahu membahu untuk kemenangan hingga di akhir cerita nanti tidak ada Menteri, Gubernur atau satu dua tokoh yang jadi pahlawan. Karena pahlawan sesungguhnya adalah rakyat itu sendiri," tandas Adian. (ann/es)