Putih Sari menyampaikan dukungannya kepada Pemerintah yang sedang fokus menangani penyebaran pandemi virus Corona (Covid-19). Namun selain Covid-19, ia mengingatkan bahwa saat ini Indonesia masih menjadi endemis Tuberkulosis (TB) dan harus memberantas Demam Berdarah Dengue (DBD). Indonesia menjadi negara ketiga kasus penderita TB tertinggi setelah hina dan India.



“Intinya kami mendukung Pemerintah lebih intensif memberantas DBD dan TBC di tengah Pandemi Covid-19 ini," ungkap Putih dalam RDP Komisi IX DPR RI dengan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dirjen Kesehatan Masyarakat, Dirjen Pelayanan Kesehatan, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, serta Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI secara virtual.

Selain membahas wabah DBD serta penanganan yang dilakukan dalam menghadapi wabah DBD saat ini, rapat tersebut juga membahas kondisi terkini TB di Indonesia serta penanganan yang dilakukan dalam mengendalikan TB untuk mencapai misi bebas TB Tahun 2030.Putih Sari menyampaikan penanganan penyakit menular TB juga perlu diperhatikan meski di tengah merebaknya wabah Covid-19.

Pemerintah memang sibuk mengatasi Covid-19, namun jangan sampai abai dengan penyakit lainnya, seperti DBD dan TB yang juga menyebabkan tingginya angka kematian di Indonesia. Menurutnya, sebagian masyarakat masih kesulitan dalam mengakses obat sehingga alokasi anggaran untuk TB harus ditingkatkan. Selain itu, penguatan infrastruktur fasilitas pelayanan kesehatan juga diperlukan. Hal ini penting untuk menekan  Multidrug - Resistant Tuberculosis dan TB laten yang sangat besar di tanah air.

Ia menambahkan, perlu sinergi lintas sektor dalam upaya promotif dan preventif untuk memerangi TBC. Ia juga mengingatkan agar rekomendasi WHO dan protokol kesehatan dipastikan tetap berjalan dengan baik, kendati di masa pandemi Covid-19. Putih juga mengusulkan agar pasien yang terduga terinfeksi Covid-19 namun hasil testnya negatif, agar melakukan juga pemeriksaan TB. Mengingat, kedua penyakit tersebut sama-sama menyerang penyakit pernapasan.

“Dalam rangka eliminasi TB, tentu dipikirkan bagaimana kalau ada yang terduga Covid-19 namun hasil testnya negatif, bisa dipastikan juga melakukan pemeriksaan TB karena sebagian gejala Covid dan TB ini kan sama. Saya kira juga perlu diasumsikan, penyintas TB salah satu yang beresiko tinggi terpapar Covid-19, sehingga mereka bisa diprioritaskan screening Covid atau rapid test. Intinya bagaimana promosi penyakit TBC ini bisa lebih intensif karena gejalanya sangat mirip, tetapi informasi di masyarakat masih kurang. Jadi, kami mendorong Kemenkes agar lebih masif mensosialisasikan penyakit TB di tengah Pandemi,” tandas Putih.**red