Kemampuan Guru RSBI Berbahasa Inggris Masih Rendah
JAKARTA — Berdasarkan hasil studi evaluasi penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang dilakukan Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (Puslitjaknov) Badan Litbang Kementrian Pendidikan Nasional, ternyata nilai akademik guru RSBI sangat rendah. Menurut Kepala Puslitjaknov, Hendarman, rendahnya nilai akademik guru RSBI itu terutama pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
Hendarman menyebut nilai akademik guru jenjang sekolah dasar (SD) RSBI, yang masih bisa dikatakan rata-rata lebih tinggi 6 persen dari guru regular di semua mata pelajaran. Begitu juga pada nilai akademik guru jenjang Sekolah Mennegah Pertama (SMP) RSBI untuk mata pelajaran bahasa inggris, matematika, IPA/fisika dan IPA/Biologi yang rata-rata lebih tinggi 12,7 persen dari guru regular. “SD dan SMP masih cukup baik. Oleh karena itu, rekomendasi kebijakan yang kami berikan adalah kompetensi guru RSBI harus lebih ditingkatkan,” jelasnya.
Selain itu Hendarman juga menjelaskan bahwa sebagian besar guru RSBI belum memenuhi kriteria kualifikasi pendidikan S2. Padahal sudah disyaratkan adanya komposisi guru RSBI yang berkualifikasi pendidikan S2 di setiap sekolah RSBI, antara lain 10 persen untuk SD, 20 persen untuk SMP 20 dan 30 persen untuk SMA/SMK. Sementara dari hasil studi, guru RSBI yang berkualifikasi S2 di jenjang SMP hanya 18,3 persen, SMA hanya 23,4 persen, dan SMK sebanyak 15,6 persen. "Hanya di jenjang SD saja yang sudah sesuai, yakni 10,9 persen,” imbuhnya.
Tak hanya dari sisi guru, kepala sekolah (Kepsek) RSBI dan SBI sebagian besar juga belum memenuhi kualifikasi pendidikan S2 sebagaimana sudah ditetapkan dalam ketentuan pengangkatan Kepsek. “Kepsek yang memenuhi kualifikasi S2 di jenjang SD masih di bawah 50 persen, sedangkan Kepsek SMP dan SMA/SMK sudah di atas 50 persen berkualifikasi S2,” sebutnya.
Yang lebih disayangkan, lanjut Hendarman, kemampuan berbahasa Inggris Kepsek RSBI sebagian besar masih pada level pemula (novice), yaitu sekitar 51 persen. Padahal menurut persyaratan, Kepsek SBI dan RSBI dituntut memiliki kemampuan bahasa inggris aktif minimal sekor TOEFL-nya mencapai 450 (level intermediate). “Untuk kemampuan bahasa Inggris, Kepsek yang memenuhi syarat hanya mencapai 18,4 persen,” tukasnya.
Di samping itu, kemampuan Bahasa Inggris pendidik dan tenaga kependidikan RSBI pada SD, SMP, SMA dan SMK masih berada pada level pemula dengan skor 10-250 atau sekitar 50 persen. Hal tersebut dibuktikan dengan menggunakan Test of English International Communication (TOEIC). Hasilnya, kemampuan Bahasa Inggris guru matematika dan sains RSBI setelah setahun penetapan RSBI (tahun 2007) sebagian besar atau sekitar 40 persen masih berada pada level novice, sedangkan tahap elementary sekitar 35 persen.
Adapun untuk guru Bahasa Inggris, diakui Hendarman sudah memenuhi persyaratan yakni sebanyak 39,4 persen guru berada pada level intermediate dan sebanyak 27,2 persen sudah berada pada level yang lebih tinggi.
“Oleh karena itu, kami merekomendasikan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, ataupun pemerintah kabupaten/kota sebaiknya perlu menyediakan sumber daya yang lebih baik khususnya dalam rangka pencapaian kualifikasi pendidikan guru. Selain itu, perlu juga dilakukan pembinaan terus menerus tentang kemampuan bahasa inggris bagi pendidik dan tenaga kependidikan,” ujarnya. (cha/Sumber:jpnn.com)
