Breaking News
---

Mengelola Risiko Perubahan Iklim

SAATNYA kini kita berziarah kepada hati nurani dan akal sehat untuk membaca dan memahami bahasa alam yang selama beberapa tahun terakhir terasa sulit kita terjemahkan. Peradaban yang telah berjalan secara arif selama ratusan tahun, kini terusik.

Kita sebut saja satu contoh, “Pranoto Mongso” yang selama ini menjadi pegangan para petani dalam berusaha tani, kini tidak dapat lagi dijadikan pedoman.

Dulu,nenek moyang kita percaya betul bahwa yang namanya bulan Desember adalah “gedhe-gedhene sumber”, bulan Januari dikatakan sebagai “hujan sehari-hari”. Artinya, pada bulan Desember – Januari intensitas curah hujan mencapai puncaknya, banjir besar terjadi pada kurun waktu itu.

Namun, beberapa tahun terakhir “pakem” tersebut meleset. Tahun 2009 lalu, meski pada bulan Desember curah hujan masih sangat sedikit. Jadi harap maklum jika akhir Desember 2009 lalu Federasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (FP3A) Kedung Ombo, Jawa Tengah, sempat mengusulkan hujan buatan. Teknologi modifikasi cuaca tersebut diperlukan agar pada musim gadu tidak mengalami gagal panen.

Sebaliknya, di akhir Maret 2010 secara kasat mata kita menyaksikan banjir terburuk selama beberapa dekade terakhir telah menusuk jantung ketahanan pangan republik. Curah hujan yang tinggi dan kerusakan parah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat, telah merendam puluhan ribu hektar tanaman padi di Kabupaten Karawang yang selama ini kita kenal sebagai lumbung beras republik.

Dalam waktu yang sama, bencana kekeringan mengancam warga masyarakat Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebanyak 31.000 keluarga di 56 desa kabupaten tersebut terancam kelaparan menyusul kegagalan panen seluas 80.000 hektar sawah tadah hujan dan jagung pada musim tanam 2009/2010.

Bukan hanya berhenti di situ, pada pertengahan Mei ini, saat musim kemarau seharusnya telah berlangsung, kita kembali dikejutkan dengan datangnya banjir besar yang melanda DAS Bengawan Solo. Daerah di sepanjang DAS Bengawan Solo, seperti Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya, terendam banjir.
Oleh : Toto Subandriyo
Sumber:Sinar Tani .com
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan