Breaking News
---

Serial TKI: Tukar Agama Supaya Cepat Kerja

12938311121555255928
Ilustrasi/Admin (KOMPAS/RIZA FATHONI)

Pada beberapa tulisan saya kedepannya saya akan menulis pengalaman selama kurang lebih 14 tahun menjadi TKI di Brunei Darussalam.Pengalaman ini saya tulis sebagai bahan berbagi sesama kompasianer terutama untuk sesama TKI mudah mudahan ada hikmah yang bisa di ambil.Sebenarnya merubah status baik itu status janda, duda, atau gadis didalam biodata seorang TKI bukanlah hal yang luar biasa. Status bisa di buat jujur atau pun tidak jujur bagaimana medan pekerjaan membutuhkannya.

Tetapi perubahan status agama didalam biodata sesuai permintaan agama tertentu yang di inginkan calon majikan, hal itu kadang kadang membuat saya terkesima dan tak percaya begitu mudahnya merubah status agama oleh pihak agen ( penyalur tenaga kerja) kepada para TKI supaya cepat cepat diberangkatkan dan bisa cepat cepat  bekerja TKI nya.

Pengalaman tentang TKI yang merubah status agamanya yang saya ketahui yaitu pada tahun 1997, ketika itu saya bekerja di kawasan Jerudong Park dan kalau sore hari sebelum pergi ke restauran tempat saya bekerja selalu saya membeli perlengkapan untuk kepentingan restauran di sebuah mini market di Jalan Muara.Di Mini market itu ada seorang pekerja yang berasal dari Indonesia sisanya adalah pekerja dari Pilipina dan China Malaysia.

Bosnya selalu memanggil Jum berpenampilan khas wanita Indonesia kulit sawo matang dengan gurat wajah khas pekerja keras dengan berpenampilan memakai kaos T-shirt lusuh dan celana setengah  lutut ciri khasnya kalau berpakaian.

Setiap saya mampir ke mini market itu Mbak Jum ( biasanya saya panggil) selalu menyapa mesra, wanita yang 10 tahun lebih tua dari umur aslinya dengan cekatan selalu membantu pembeli termasuk saya dari keakraban itulah hubungan kami ( saya berlima sesama pekerja restauran) bertambah dekat.Pada suatu hari karena jadwal kerja saya longgar ketika mampir ke minimarket tempat Mbak Jum kerja lebih awal dan kebetulan di minimarketnya pun tak terlalu banyak pembeli jadi saya mamfaatkan untuk mengobrol saja.

Alangkah terkejutnya rupanya Mbak Jum bukan bekerja di Minimarket saja aslinya dia adalah seorang Amah ( pembantu rumah) jam kerjanya dimulai jam 5 pagi dengan jadwal yang cukup padat mulai memasak, cuci piring, cuci mobil 3 biji, membersihkan rumah dan terakhir jam 9 pagi adalah memandikan 7 anjing punya majikannya jadwalnya 1 ekor dimandikan 1 minggu sekali jadi tiap hari memandikan 1 ekor anjing.

Dan setelah mempersiapkan makan siang baru berangkat ke minimarket sampai jam 10 malam. Itu pun tidak langsung istirahat tetapi terus menyetrika baju dan pekerjaan rumah lainnya.

Yang saya tanyakan sama Mbak Jum apa agama Mbak Jum ??..kan kalo agama Islam Mbak Jum bisa kompalin ke pejabat Buruh di Imigrasi karena pekerjaannya menyalahi aturan.

Jawabannya sungguh diluar dugaan Mbak Jum bilang yah…agama saya Islam tapi dalam biodata saya diganti agama lain karena Bos saya memang mau pekerja yang non muslim. Tetapi karena saya ingin cepat cepat bekerja dan juga di rayu sama agen ( penyalur tenaga kerjanya) untuk merubah status agama dengan diiming imingi bisa bekerja cepat yah akhirnya saya mau.

Yang saya tanyakan enggak ada kah di tempat penampungan tenaga kerja itu yang non muslim jawaban mbak Jum enggak ada karena kalau ada pun sudah cepat cepat di proses visanya karena banyak yang membutuhkan jadi terpaksa saya lah yang di ganti sama teman teman yang mau biodatanya diganti status agamanya.

Jadi tanya saya selama bekerja Mbak Jum enggak pernah sholat dan puasa jawabannya cukup dengan linangan airmata…Duh Mbak Jum !!! demi uang harus rela berkorban Iman …..

Akhirnya perbincangan yang sungguh menguras airmata dan perasaan itu harus berakhir karena pelanggan mulai rame lagi setelah itu saya mohon diri dan malamnya saya bercerita tentang nasib Mbak Jum kepada kawan kawan di restauran semuanya terdiam dan merasa kasihan.

Dalam kasus ini  saya lihat bukan majikannya yang SALAH tetapi adalah penyalur tenaga kerjanya dan Mbak Jum yang mau diganti biodata agamanya tetapi memang kedudukan Mbak Jum sangat lemah seperti buah simalakama mau menolak gimana mau menerima susah juga.

Didalam kesempatan yang lain Mbak Jum bercerita syukurnya Bosnya seorang Vegetarian sehingga di rumahnya tidak pernah terhidang atau pun memasak daging yang non- halal kalau sampai pemakan daging mungkin komplit sudah penderitaan Mbak Jum itu.

Tidak lama kemudian saya di pindahkan kerja ke Sengkurong dan tidak pernah jumpa lagi dengan Mbak Jum karena staff house kami di tingkat 1 dan restaurannya di Ground floor, tidak seperti waktu kerja di Jerudong Park yang berjauhan dengan Staff house nya.

5 bulan kemudian saya di pindahkan lagi ke Jerudong Park dan dihari pertama kerja seperti biasa saya membeli barang di Minimarket tempat Mbak Jum bekerja, alangkah kagetnya saya rupanya Mbak jum sudah tidak bekerja di sana 1 bulan yang lalu Mbak Jum memaksa pulang sambil menjerit jerit karena menerima surat dari Ibunya ternyata uang yang selama ini di kirim sama Mbak Jum buat makan suami dan anak anaknya di pakai suaminya untuk kawin lagi sementara anak anaknya di titipkan ke ibunya karena Suami Mbak Jum tinggal di rumah istri yang baru dengan membawa motor hasil keringat Mbak Jum selama 1,5 tahun bekerja di Brunei.

Karena ketakutan stress maka majikannya menghantar pulang Mbak Jum dengan membawa gaji sisa 1 bulan kerja dan beberapa helai baju lusuhnya.Saya bisa bayangkan betapa hancur hati Mbak Jum setelah berkorban status agamanya dan bekerja dengan sekuat tenaga walau itu pun harus melanggar agama yang dianutnya ternyata malah suaminya mengiris lebih dalam lagi lukanya dengan mencampakan Mbak Jum dengan cara kawin lagi.

Saya pun tak tahu nasib Mbak jum di Treminal 3  Bandara Soetta apakah di terkam oleh para preman preman Airport yang berselindung memakai baju seragam petugas ??
Ya Allah kasihanilah Mbak Jum dimana pun sekarang dia berada…

Sumber: kompas.com
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan