Biaya produksi yang besar, nampaknya belum begitu sebanding dengan hasil panen yang di hargai Rp4 ribu per kilogramnya. Hal itu di alami buruh tani di Golongan Air 2 Desa Karangtanjung Kecamatan Lemahabang, Rabu (13/5). 

Alasan suplay produksi yang bagus tak sejalan dengan permintaan di luar daerah gegara Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), membuat harga gabah labil di kisaran Harga Pokok Pemerintah (HPP). 

"Gak tahu gabahnya mah bagus, produksi juga 6 ton per hektar, tapi soal harga sedang gak memihak, sebab tengkulak membanderol dengan harga kepala 4 terus, " Kata Petani di lokasi setempat, Gugun (40). 

Kades Karangtanjung, Juhari SH mengaku, bahwa harga gabah rendah Rp4 ribu perkilogram itu masih membuat risih petani, sebab selain harganya rendah, para tengkulak juga menggantung harga dengan sistem hutang. Ia berharap, harga bisa kembali normal seperti sediakala, minimal stabil di kisaran Rp5ribu perkilogramnya. Apakah itu melalui operasi Bulog, maupun dorongan kebijakan lainnya dari Pemkab. " Harusnya ada operasi serapan gabah petani dari Bulog, masa harga gabah rendah cukup lama ini dibiarkan terus, " Katanya. 

Hal lain di ungkapkan Penyuluh Pertanian Kecamatan Lemahabang, Min Kin Zaenal, dirinya menyebut, harga gabah justru saat ini di kisaran Rp4,3 - 4,5 ribu perkilogramnya. Angka itu, sebutnya, masih di atas HPP dan masih stabil dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani, apalagi sebutnya, produksi gabah di Lemahabang, mencapai rata-rata 7,5 ton dengan varietas invari. Baik di golongan 1 maupun golongan air 2. Hanya saja memang, karena ada PSBB yang membuat suplau gabah ke luar daerah menurun, membuat harga mengalami penurunan sepekan terakhir, karena betapapun ada tangkulaknya, tapi juragan yang membelinya di luar daerah, sudah jarang di musim pandemi ini, "Masih stabil diatas HPP, insya Allah Lemahabang kondusif soal harga mah, " Katanya. (Rd)