Telah banyak hasil penelitian sebelum ini yang menemukan bahwa orang-orang dengan golongan darah O mungkin mendapatkan sedikit keuntungan selama masa pandemi ini.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan akhir minggu lalu menemukan bahwa para pasien dengan golongan darah O kecil kemungkinan tertular COVID-19 dibandingkan pasien dengan golongan darah A,B, atau AB.

Sebuah penelitian yang dilakukan di bulan April lalu juga menemukan trend yang sama: Sebuah riset (yang belum menjalani tahap peer reviewed) yang menganalisa 1.559 pasien virus corona di New York city menemukan jumlah proporsi yang yang lebih rendah pada pasien-pasien dengan golongan darah O.

Riset lainnya melaporkan keterkaitan antara golongan darah pasien dengan tingkat keparahan dari infeksi yang mereka derita, tetapi pada dua penelitian ini tidak demikian. Sejauh ini, para ilmuwan masih mencari tahu apakah golongan darah anda mempengaruhi resiko terinfeksi virus corona.

Golongan darah O dihubungkan dengan rendahnya resiko hasil tes positif

Dalam studi terbaru tentang golongan darah pada hampir 1.300 pasien virus corona yang dirawat di lima rumah sakit di Massachusetts pada bulan Maret dan April, menemukan bahwa golongan darah O dikaitkan dengan rendahnya resiko hasil tes positif. Sedangkan tipe B dan AB memiliki resiko yang lebih tinggi. Tipe darah A tidak dikaitkan dengan kemungkinan hasil diagnosa positif.

Pada bulan Maret, sebuah studi pada 2.173 pasien virus corona di tiga rumah sakit di Wuhan dan Shenzhen, China, juga menemukan bahwa orang-orang dengan golongan darah O memiliki resiko yang lebih kecil terinfeksi virus.

Sebuah studi yang dipublikasikan akhir bulan lalu di New England Journal of Medicine menemukan keterkaitan yang lebih substantif: Pasien-pasien di Italia dan Spanyol dengan golongan darah O resiko terkena infeksi parah (kasus yang memerlukan ventilator atau bantuan oksigen) turun hingga 50 persen, dibandingkan dengan pasien-pasien dengan golongan darah lainnya.

Golongan darah O adalah golongan darah manusia yang paling umum. Sekitar 48 persen dari warga Amerika bergolongan darah O, menurut Oklahoma Blood institute.

Secara umum, golongan darah anda bergantung pada sejenis protein yang disebut dengan antigen A dan B pada permukaan sel darah merah. Orang dengan golongan darah O tidak memiliki kedua antigen tersebut. Karakteristik ini diturunkan secara genetik dari orangtua kita.

Penelitian yang dipublikasikan dalam New England journal of Medicine menemukan bahwa orang-orang dengan antigen A cenderung mengalami gejala COVID-19 parah, seperti gagal pernafasan.

Riset yang menyelidiki apakah orang-orang dengan golongan darah A memiliki resiko tinggi terkena infeksi dibandingkan dengan golongan darah lainnya. Dan riset bulan April juga menemukan adanya jumlah proporsi yang lebih tinggi pada pasien yang terinfeksi dengan golongan darah A.

Tetapi penelitian terbaru menemukan bahwa orang-orang dengan golongan darah B dan AB memiliki peluang lebih besar untuk mendapat hasil tes positif.

Dan hampir semua peneliti sepakat bahwa masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan apakah ada keterkaitan yang kuat antara golongan darah dan resiko infeksi.

Dr. Eric Topol, direktur Scripps Research Translational institute mengatakan pada Associated Press bulan lalu bahwa bukti yang mereka dapatkan masih “tentatif dan belum memiliki sinyal yang cukup untuk meyakininya.”

Banyak pakar yang berpendapat bahwa hubungan antara golongan darah dengan resiko infeksi masih dianggap lemah, dan faktanya, seharusnya golongan darah tidak dijadikan faktor yang menentukan resiko seseorang untuk terkena infeksi.**ikons