Breaking News
---

SMP Berbasis Pesantren Sudah Tatap Muka Sejak Awal Tahun Ajaran

Sekolah Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sempat menjadi kontroversi di Kecamatan Cilamaya Wetan. Namun, sekolah non Daring ini, sebenarnya juga telah jauh-jauh hari diberlakukan di SMP Islam Fathonul Burhan Desa Lemahduhur Kecamatan Tempuran di awal tahun ajaran baru. Siswa yang menjadi mukim di Pesantren Baitul Burhan ini, di lock down dengan larangan pulang kampung dan pembatasan penjengukan orangtua/wali santri sebagai salah satu protokol pencegahan Covid-19 di lingkungan pesantren. 

Siswa SMP Fathonul Burhan Saat Menerima Kartu Perdana 10 GB

"Kita ini siswa SMP nya, murni para santri dan belajar di sekolah juga sudah tatap muka di awal tahun ajaran dengan protokol kesehatan tentunya. Jadi, kalau ada sekolah yang baru mulai tatap muka di tegur, SMP kami malah lebih dulu belajar non Daring, hasilnya Alhamdulillah selama tiga bulanan tatap muka, tidak ada satupun yang terdampak Covid-19, " Kata Kepala SMP Islam Fathonul Burhan H Ajang Syaeful Khiyar M.pd kepada pelitakarawang.com, Kamis (10/9).

Jumlah siswa SMP binaannya ini, mencapai ribuan. Potensi penyebaran Covid19, tentu di waspadai betul. Karenanya, selama protokol kesehatan konsisten dilakukan dan dorongan spiritual para santri dan Kiai, semuanya sehat wal Afiyat. Lagi pula, fasilitas pesantren dan sekolah, tidak hanya media protokol pencegahan covid-19 saja, seperti tempat cuci tangan, disinfektan, hand sanitizer dan wajib masker, tetapi juga klinik kesehatan tersedia lengkap di pesantren. "Selama Istikomah melakukan protokol kesehatan, ya Alhamdulillah kami terlindungi dan belajar normal di sekolah, " Katanya. 

SMP ini, sebutnya, tidak menginduk ke Kementrian Agama, tapi ke Disdikpora, sehingga kebijakan pengadaan Kartu Perdana untuk media Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) juga tak ditampik diterimanya, yaitu kartu Telkomsel 10 GB bagi semua siswa. Lantas, apakah dengan sekolah tatap muka, kartu perdana ini Mubadzir? Ajang menyebut, tidak sama sekali. Karena, semua Wali kelas tetap memberikan kartu itu sesuai jumlah murid setiap kelas dengan bukti foto penyerahannya. Dilanjutkan pemberian anaknya ke orangtua masing-masing. " Dapat juga kita Kartu perdana, tapi tidak mubadzir walau sekolah tatap muka, kita tetap berikan ke siswa dan dilanjutkan untuk orangtuanya masing-masing, " Pungkasnya. (Rd)
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan