Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) mengoptimalkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan 3M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di lingkungan warga untuk mengantisipasi pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di masa pandemi COVID-19.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Jawa Barat M Yudi Koharudin, di Bandung, Selasa, mengatakan sesuai dengan arahan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang menyatakan selain berperang melawan COVID-19, Pemprov Jabar juga berperang melawan penyakit lain yang luput dari perhatian salah satunya demam berdarah dengue (DBD). 

Pemerintah Provinsi Jabar  juga melakukan kesiapsiagaan logistik, surat edaran, penyuluhan termasuk bimtek ke puskesmas terkait antisipasi penyakit DBD di masa pandemi COVID-19.

Yudi mengatalan dengan mengaktifkan kembali PSN 3M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik maka setiap rumah memiliki juru pemantau jentik yang bertugas memastikan tidak ada jentik dan nyamuk di dalam dan luar rumah. 

"Jadi gerakan ini mengecek jentik nyamuk secara berkala minimal satu minggu sekali di sekitar rumah. Misalnya membersihkan tempat yang berpotensi menjadi sarang pembiakan nyamuk seperti penampungan air, vas bunga, penampungan dispenser, talang air, toren, ban bekas, botol bekas, barang bekas yang bisa menampung air dan lainnya,” kata Yudi.

Dengan adanya Kader Jumantik di rumah maka warga dapat mengurangi kasus DBD karena kasus DBD ini pengendaliannya harus berawal dari vektornya yaitu jentik.

Adapun untuk penanganannya adalah dengan meningkatkan kewaspadaan DBD kepada warga mengenai gejala klinis khas DBD misalnya demam, lemas, sakit kepala,  agar segera memeriksakan diri ke dokter.

Sehingga penyakit DBD dapat tertangani sejak dini. Disamping itu perlu meyakinkan ke masyarakat untuk tidak takut berobat ke fasilitas kesehatan walaupun di masa pandemi.

Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jabar) dari Januari hingga Agustus 2021, tercatat ada 9.748 kasus orang yang terkena DBD dan dari jumlah tersebut 80 di antaranya meninggal dunia.

Lebih lanjut Yudi Koharudin mengatakan Jabar merupakan wilayah endemik DBD karena selain itu, jumlah populasi warganya pun salah satu yang paling tinggi di Indonesia.

"DBD ini juga dipengaruhi oleh cuaca, pancaroba memengaruhi percepatan banyak dan tumbuhnya nyamuk," ujar Yudi.

Daerah di Jabar yang memiliki catatan kasus DBD yang paling tinggi, ada di Kota Depok dengan 1.924 kasus, kemudian Kota Bekasi 1.602 kasus dan Kota Bandung 1.385 kasus.

Sementara itu berdasarkan data sampai Juni 2021 angka kesakitan/insiden tertinggi yaitu Kota Depok dengan 77 kasus dari 100 ribu penduduk, Kota Bandung 55 dari 100 ribu penduduk dan Kota Tasikmalaya 54 dari 100 ribu penduduk.(Ant).