Simulasi Assessment Kompetensi Minimal (AKM)/ANBK, muncul persoalan di sejumlah SD di Karawang dengan jumlah siswa lebih dari 30 orang per kelas 5. Pelaksanaan AKM yang dibatasi 30 siswa kelas V ini, menyulut dampak sosial di sekolah dengan orangtua wali murid yang tidak tercover dalam AKM. 
Selain terkesan "di anak bawangkan", pihak sekolah dan koorwilcambidik juga di paksa harus bisa meyakinkan program bagi orangtua/wali murid yang tidak tercover AKM tersebut. 

Musahar Maksum, Koorwilcambidik Cilamaya Wetan


"Jadi kalau kelas 5 SD siswanya dibawah 30 ya gak masalah, tapi bagi SD yang kelas 5 nya ini lebih dari 30 misalnya 40 siswa, bagaimana solusinya? Sementara Kemdikbud menjatah siswa peserta AKM hanya 30 orang. Lantas sisanya mau bagaimana? kita kebingungan meyakinkan orangtua/wali murid sesekali anaknya tidak tercover AKM, kesan mereka seolah anak-anaknya seperti di anak bawangkan, padahal memang dari kementriannya begitu, " Kata Koorwilcambidik Cilamaya Wetan, Musahar Maksum, Selasa (7/9).

Dalam hal siswa yang tidak tercover peserta AKM, kapasitasnya ini sebut Mudahar bagaimana pertanggungjawaban pemangku pendidikan ke orangtuanya, apalagi kalau ornagtuanya tahu, faham dan berpendidikan. Apakah mencari celah "sabisa-bisa kudu bisa", atau ada alternatif lain menyikapi sisa siswa yang tidak masuk program AKM ini.

"Memang dampak secara akademik tidak begitu signifikan sih, mereka yang masuk AKM dan tidak tetap bisa lulus kelas 6 nanti melalui US, tapi kita sedang cari cara menyikapi ini ke orangtua, di Cilamaya Wetan saja ada sekitar 5 SD. Yang ikut AKM itu kan by name by adres, satu siswa ya satu komputer dengan satu sandi/pasword " Ujarnya.

Senada dikatakan Koorwilcambidik Cikampek H Hasanuddin, setidaknya ada 10 SD di Cikampek yang jumlah siswa kelas 5 nya lebih dari 30 orang. Saat pengajuan AKM, tiap sekolah mengajukan semua siswa kelas 5, tapi karena yang diturunkan hanya dibatasi 30 siswa dan namanya sudah di eksekusi Kementrian, maka pelaksanaan harus tetap di ikuti. Sejauh ini belum ada solusi mengantisipasi sisa siswa yang tidak tercover AKM ini, tapi pihak sekolah/koorwil sepertinya diharapkan membuat inovasi untuk mengantisipasinya dengan ragam cara, supaya kesannya seolah-olah memang mendapatkan hak yang sama seperti ikut lazimnya AKM.

"Ya kita antisipasi berbagai cara oleh pihak sekolah, agar sisa dari siswa tak tercover itu ya bisa seolah-olah ikut Akm, " Ungkapnya. (Rd)